Renungan Harian HKBP Epistel | 13 Agustus 2023

Khotbah Epistel Minggu X Setelah Trinitatis tgl. 13 Agustus 2023

Pdt. Rostetty Lumbantobing, S.Th (Kabiro Ibadah Musik HKBP)


Matius 8 : 5 – 13


Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum

05. Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: 


06. "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." 


07. Yesus berkata kepadanya: Aku akan datang menyembuhkannya. 


08. Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 


09. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 


10.  Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. 


11.  Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, 


12.  sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. 



13.  Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya. " Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.


Peristiwa penyembuhan dari hamba perwira Romawi ini sungguh luar biasa melalui mukzijat yang dilakukan oleh Yesus. Namun lebih dahsyat, adalah iman yang dikagumi oleh Yesus, iman yang diterima oleh Yesus yang pada akhirnya membawa keselamatan.


Dalam bagian sebelumnya di Psl 5-7 dalam khotbah di bukit, Yesus telah menunjukkan otoritas, wibawaNya yang ilahi. Kalau para guru, Rabbi dan yang lain melandaskan ajarannya pada hukum Taurat, maka Yesus berbeda. Yesus mengatakan bahwa diriNya berada di atas hukum taurat.  


Di Matius 7:28-29 ”Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini (yaitu khotbah di bukit), takjublah orang banyak mendengar mengajarannya”. Sebab Dia mengajar mereka sebagai orang yang penuh kuasa dan wibawa. Dan di Matius 8 : 1-4 Yesus membuktikan kuasaNya dengan menyembuhkan orang yang sakit kusta, orang yang tervonis mati pelan-pelan, yang tidak mempunyai harapan. Yesus membuktiakn kuasaNya atas sakit penyakit dan atas kehidupan. 


Maka yang penting dan sangat menentukan adalah jawaban atau respons, sikap yang tepat terhadap otoritas dan kuasa Yesus. Jawaban ini yang sangat menentukan, bukan hanya sekedar takjub, heran dan kagum akan pengajaran Yesus. Kita harus  menjadi orang Kristen yang memberikan jawaban yang positif kepada Yesus dan menerimanya. Yesus tidak ingin hanya  sekedar penggemar, tetapi Dia ingin pengikut yang setia dan loyal. 


Disini Matius memberi contoh iman yang dikagumi dan diterima oleh Yesus, yang justru diberikan oleh perwira Romawi, bukan orang Yahudi. Seorang perwira yang mempunyai 100 orang pasukan. 

Salah seorang dari anggotanya mengalami sakit lumpuh dan sangat menderita. Dalam situasi tersebut, perwira tersebut menunjukkan imannya yang luar biasa dengand atang kepada Yesus. Itulah yang dipuji oleh Yesus. Bahkan Yesus terheran-heran dan kagum oleh karena imannya. 


Dalam peristiwa ini, ada 5 prinsip tentang iman yang dikagumi dan yang berkenan kepada Yesus, yaitu :

Iman yang mengakui otoritas, wibawa Yesus (ay. 5+7). Sang perwira datang kepada Yesus memohon kesembuhan hambanya, bukan sekedar berdoa. Dia tahu dan percaya akan kuasa dan wibawa Yesus.  Kalau kita mau agar hidup kita berkenan kepada Tuhan, akuilah otoritas dan wibawa Yesus.


Iman yang peduli sesama (ay.6). Sang periwara ini sungguh-sungguh memiliki kepedulian kepada sesama, bukan hanya dengan kata-kata tetapi sungguh melalui perbuatan nyata. Meskipun status sosial mereka berbeda, tetapi dia sungguh seorang pemimpin yang peduli kepada hambanya dengan datang kepada Yesus untuk memohon pertolongan Yesus untuk menyembuhkan hambanya. 


Iman yang rendah hati dihadapan Yesus (ay. 7-8a). Iman yang rendah hati sungguh-sungguh ditunjukkan oleh perwira tersebut. Dia tau diri, dia tau siapa Yesus yang berkuasa dan dia tahu siapa dirinya. Dia sadar akan keberadaan dirinya, dengan mengatakan ”aku tidak layak menerima Yesus dalam rumahku”. Dia tahu bahwa segala posisi, jabatan, kebaikan dan kehebatan yang dia miliki tidak cukup dan tidak berarti dihadapan Tuhan. Hanya mereka yang sadar akan ketidak layakan mereka, yang diterima oleh Allah. Pemahaman iman yang sangat dalam dari seorang yang bukan Yahudi. Dia mengerti apa yang Yesus katakan di Matius 5:3 sebagai syarat menerima Kerajaan Sorga, “Berbahagialah mereka yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”. 


Yesus katakan, bahwa Dia tidak pernah menemukan iman seperti perwira Romawi ini, yang dianggap Kafir, yang bukan orang Yahudi, ternyata dia lebih memahami arti iman yang sejati. Dia tahu betapa besarnya kuasa, otoritas Yesus yang cukup hanya memberikan perintah saja, akan bisa menyembuhkan hambanya. 


Iman yang percaya akan perkataan Yesus (ay. 8b,9,13). Mari sungguh-sungguh percaya perkataan Yesus.  


Iman kepada Yesus membawa keselamatan kekal (ay. 10-12). Yesus menekankan bahwa yang paling penting adalah masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Benar, Yesus punya kuasa untuk menyembuhkan. Meski pun demikian, masuk dalam kerajaan sorga adalah hal yang terpenting. Keanggotaan si perwira itu dalam kerajaan sorga adalah hal yang pasti, karena hamba perwira itu menjadi sembuh. 

 

Dan kesembuhan hamba si perwira tersebut adalah sebagai bukti bahwa setiap orang dari segala bangsa yang percaya dan mengakui otoritas Tuhan Yesus, pasti selamat dan mengambil bagian dalam Kerajaan Sorga.  Mari miliki iman yang dikagumi dan yang berkenan kepada Yesus. Amin


Pustaka Digital