Renungan Harian HKBP | 10 Februari 2023
Selamat pagi Bapak Ibu dan Saudara/i yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, senang sekali dapat bertemu kembali dengan anda semua di pagi hari yang indah ini. Saya Pdt.Purnama Situmeang akan menemani anda di acara Renungan Pagi Marturia HKBP di edisi siar Jumat 10 Februari 2023. Salam sukacita damai sejahtera untuk kita semua, kiranya acara ini dapat membekali dan membimbing rohani kita, sebelum atau saat kita beraktivitas: di tempat dimanapun kita berada pada saat ini, Roh kudus Tuhan kiranya menyertai dan menerangi hati kita untuk senantiasa terbuka menerima Firman Tuhan yang adalah kompas dalam kehidupan dan sebagai pelita di hati kita masing-masing. Dan sebelum kita berdoa marilah kita bersaat teduh sejenak.
Saat teduh………..
Doa Pembuka: Marilah kita berdoa! Kami datang dan bersembah sujud ke hadapan-Mu ya Tuhan, menyampaikan Terima kasih dan rasa syukur, kami sungguh merasakan kasih dan kesetiaan Tuhan yang tiada pernah berkesudahan..selalu baru tiap-tiap pagi. Bapa Ajarilah kami dan perlengkapi kami dengan kebenaran Firman-Mu, sehingga kami boleh beroleh pengertian untuk dapat menjadi pelaku Firman yang setia, hidup kudus dan taat di dalam Engkau sebagai ungkapan rasa syukur kami. Terima kasih Bapa di surga: terimalah doa dan permohonan kami di dalam nama anak-Mu Tuhan Yesus Kristus kami berdoa dan datang ke hadapan-Mu, Amin.
Pembacaan Nats: Roma 14:20 “Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung!”.
Topik : Jangan memberi batu sandungan
Dalam sebuah kelompok masyarakat atau persekutuan: perbedaan pendapat, perbedaan cara pandang atau prinsip adalah hal yang wajar. Perbedaan dapat menjadi kekayaan dan hal yang baik apabila dapat diterima dan menjadi sarana untuk memperkaya dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Tetapi sebaliknya perbedaan dapat menjadi hal yang tidak wajar apabila disikapi dengan penolakan dan perselisihan/perdebatan yang memicu konflik/perpecahan: apabila suatu kelompok/golongan hanya memperhatikan kepentingan dan ego serta mengganggap bahwa pendapatnya sajalah yang benar.
Konflik karena perbedaan ini pernah dialami oleh jemaat di Roma, dimana ada kelompok Kristen asal Yahudi yang masih mematuhi peraturan dan adat istiadat Yahudi tentang “makanan yang boleh atau makanan yang tidak boleh dimakan.” Ada pula kelompok Kristen yang bukan dari golongan yahudi yang tidak mengikuti tradisi Yahudi yaitu mereka yang tidak terikat pada aturan tentang “makanan yang boleh dan tidak boleh di makan”. Dan karena perbedaan tersebut: ke 2 kelompok dalam jemaat Roma ini kerap saling menghina dan saling menghakimi sehingga berujung pada pertengkaran dan perdebatan panjang yang menguras emosi, pikiran,waktu dan tenaga dan tentu saja ini bertentangan dengan kasih dan perkenan Tuhan atas umat-Nya.
Oleh karena itu, Rasul Paulus mengingatkan jemaat di roma agar jangan berselisih, Paulus mengingatkan: Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuar saudara kita jatuh atau tersandung! (ayat 13), Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia (ayat 14).Dapat dikatakan bahwa Janganlah kita mempermasalahkan hal-hal yang tiada berguna yang dapat memisahkan/memecah persekutuan yang begitu berharga. Kita diberi hikmat oleh Tuhan untuk mengetahui dan bersikap saling menghargai dan kita juga harus selalu berusaha dan mengupayakan untuk menciptakan hidup yang rukun dan damai sebagai satu kesatuan dalam tubuh Kristus yang adalah kepala. Dalam Kerajaan Allah, apa yang boleh dimakan atau diminum tidak lagi penting dan hal itu bukan untuk diperdebatkan. Tetapi yang penting ialah bahwa setiap orang menuruti kehendak Allah, mengalami ketenangan hati dan menerima sukacita yang diberikan oleh Roh Kudus: hal ini nyata dalam ay.17 yang mengatakan: Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Kita juga diingatkan oleh nats yang menjadi renungan pagi : Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung.
Memiliki perbedaan pandangan dalam hal makanan dan minuman adalah sah-sah saja bahkan kita masih menemukan hal tersebutdalam kehidupan keseharian dalam pesta adat batak kita, misalnya: ada saudara-saudara kita yang tidak memakan saksang na margota tetapi memakan saksang na so margota, ada juga yang memakan saksang na margota dan na so margota. Hal ini bukan untuk diperdebatkan atau menjadi perselisihan. Terimalah perbedaan dan jangan mempermasalahkan “Na margota atau na so margota”. Janganlah menyakiti hati saudara seiman hanya karena persoalan perbedaan pendapat/pandangan dalam hal makanan atau minuman dan jangan biarkan sikapmu menjadi batu sandungan bagi saudaramu seiman. Ingatlah! bahwa yang utama atas semua itu adalah damai, sukacita dan kebersamaan kita yang diikat oleh Kasih Kristus. Kiranya nama Kristus dimuliakan melalui sikap hidup yang baik dan benar dan kiranya hidup kita sebagai umat Kristiani senantiasa memancarkan terang kasih Kristus yang membawa damai dan kesejukan dimanapun kita berada, Amin.
Doa Penutup: Kembali kami mengucap syukur atas firman dan renungan yang telah kami dengarkan. Kiranya Roh Kudus Tuhan senantiasa menerangi hati dan pikiran: untuk kami dapat senantiasa berjalan dan hidup di dalam kehendak-Mu saja. Terimakasih Bapa di Surga, di dalam Kristus Yesus kami berdoa dan menyerahkan hidup kami sepenuhnya kepada-Mu:
“Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus, Kasih setia Allah Bapa dan Persekutuan Roh Kudus kiranya memberkati kamu sekalian. Amin.”
Pdt. Purnama Situmeang S.Th - Fungsional Biro Urusan Dana Pensiun