Renungan Harian HKBP | 28 Juli 2023

Bapak ibu, saudara/i yang dikasihi oleh Yesus Kristus, sebelum kita beraktivitas hari ini, mari kita awali dengan mendengar Firman Tuhan.

Doa Pembuka: Kita berdoa!Bapak kami yang di Surga, yang mengasihi kami setiap waktu, kami bersyukur atas kasihMu yang memberi kami kesempatan hidup hingga pagi ini. Kami bersyukur karena kami masih dapat menikmati karuniamu terkhusus hari ini. Biarlah kehendakMu yang terjadi dalam hidup kami sepanjang hari ini Tuhan. Terangi hati, pikiran kami melalui pemberitaan FirmanMu yang akan kami dengar di pagi hari ini. Berilah kami kekuatan, semangat agar kami bersukacita sepanjang hari ini dan penuh pengharapan dalam Engkau. Di dalam nama AnakMu Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Bapak ibu, saudara/i yang dikasihi oleh Yesus Kristus, Firman Tuhan yang menyapa kita di pagi hari ini tertulis dalam Kitab AMSAL 15 : 1Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah”. 

Dalam Bahasa Batak:

Alus na lambok paombun rimas, alai anggo hata na horas mambahen marsijongjong ateate. 

Bapak ibu, saudara/i yang dikasihi oleh Yesus Kristus, pagi ini kita akan diingatkan kembali dengan kekuatan dari sebuah perkataan dan efek dari perkataan tersebut. Sering kita dengan “mulutmu adalah harimaumu”. Tentu kalimat itu sangat mudah kita pahami karena begitu seringnya kita dengar. Dalam kata lain perkataan itu sangatlah familiar/ umum bagi kita. Artinya kita bisa dan akan dihargai dengan perkataan kita terlebih dahulu. Dan sebaliknya, kita bisa mendapat mara bahaya hanya perkataan kita.

 

Amang Inang, melalui nats renungan pagi ini dapat kita lihat bagaimana Raja Salomo membandingkan antara jalan hidup orang benar dengan hidup orang fasik. Raja Salomo membandingkan bagaimana orang benar dalam bertutur kata dengan orang fasik. Sehingga melalui Firman Tuhan ini dapat kita lihat bagaimanakah kita bertutur kata setiap harinya, apakah perkataan orang benar atau perkataan orang fasik yang kita miliki setiap harinya. Dan melalui Nats ini, dapat kita lihat bagaimana perbedaan itu sangat jelas. Orang benar akan berkata lembut dan jawaban orang fasik sangatlah pedas.

Bapak ibu, saudara/i yang dikasihi oleh Yesus Kristus, pernahkah kita bertemu dengan seseorang yang jika dia berkata-kata cenderung menyakiti orang lain? Atau kata-kata yang diucapkan kedengarannya sangat pedas? Saya yakin, kita pernah bertemu dengan orang seperti itu. Saya tidak ingin secara gamblang saat ini mengatakan orang yang berkata-kata pedas itu secara otomatis adalah orang fasik. Tetapi saya meyakini orang benar sangatlah hati-hati dalam berkata-kata. Orang benar sangatlah bijaksanan dalam  memilih kata yang akan diucapkan kepada orang lain, sehingga dipastikan tidak menyakiti orang lain. Sekalipun itu untuk menegur kesalahan orang lain. Tetapi sebaliknya, orang fasik dalam berkata-kata, dia tidak memikirkan perasaan orang lain, dia tidak memikirkan sebesar apa pengaruh/ efek perkataannya bagi orang lain, yang dia pikirkan dan utamakan adalah kepuasan hati, pikiran dan amarahnya saja, dan kita dapat simpulkan bahwa kecepatan berkata-kata orang fasik cenderung lebih cepat dibanding kecepatan berpikirnya. Karena dia tidak perlu berpikir, kata-kata akan mengalir begitu saja dari mulutnya. Orang benar, orang bijaksana akan cepat mendengar, tetapi lambat berkata-kata, dan juga lambat untuk marah (Yakobus 1 :19). Dalam hal ini juga, kita dapat memahami dan mengerti mana orang benar yang bertutur kata lembut dan tulus dan bertutur kata lembut tetapi tidak tulus (munafik).

Jemaat yang dikasihi oleh Yesus Kristus, baik perkataan lembut ataupun perkataan pedas sebenarnya cerminan hati kita. Jika hati kita rusak maka semuanya tidak akan baik. Setiap perkataan itu merupakan cerminan hati. Kualitas seseorang itu terlihat dari ucapannya. Jika ingin mengetahui seberapa besar kebodohan seseorang, maka lihatlah seberapa sering dia menyakiti orang lain dengan kata-katanya (ayat 2-15). Amang inang, Nats ini menjelaskan bagaimana hati orang benar adalah hati yang bersih, tulus dan baik. Maka perkataan yang dimiliki adalah perkataan yang lembut. Sedangkan hati orang fasik adalah penuh amarah, penuh dengki dan jahat sehingga perkataan yang dia miliki setiap harinya adalah pedas.

 

Bapak Ibu, kualitas diri dan hati kita diuji setiap hari. Perlu kita menjaga hati kita setiap harinya. Hati kita sangat menentukan kata-kata yang akan kita utarakan. Jika kita memiliki hati yang jahat maka kita menjadi pemarah, maka kita sangatlah mudah menyakiti dan menghakimi orang lain melalui kata-kata pedas bahkan akan menyulut emosi/ amarah orang lain yang menimbulkan pertengkaran. Kata-kata pedas itu cenderung merendahkan orang lain, cenderung tinggi hati dan sombong. Tetapi jika kita menyadari sebagai orang percaya haruslah melatih dan membiasakan lambat dalam amarah karena memiliki hati yang bersih dan kita tidak cenderung berkata pedas. Sering kali pertengkaran dan perselisihan terjadi karena kata-kata pedas. Senyaman apapun pembicaraan yang ada, ketika diantaranya ada yang selalu berkata pedas, maka pertengkaran akan terjadi. Dan sebaliknya, sekacau apapun keadaan, tetapi ketika ada yang betutur lembut akan menemukan titik terang, menemukan solusi, kekacauan itu akan berangsur hilang. Kegeraman hati akan hilang. Tentu orang yang baik hati dipenuhi cinta kasih kepada sesama dan takut akan Tuhan.

Oleh sebab itu, amang inang marilah kita bertutur kata dengan bijaksana dan penuh cinta, menghindari kata-kata pedas yang merendahkan dan menyakiti orang lain dan mengundang amarah orang lain. sebagai orang percaya, kita harus mampu mengendalikan perkataan kita ketika amarah kita memuncak, dan memikirkan dampak dari kata-kata yang akan kita ucapkan. Karena itu adalah cerminan hati yang sesungguhnya. Perkataan yang lembut bukanlah tanda kelemahan kita, tetapi tanda daripada kebijaksanaan dan kekuatan, kebaikan serta ketulusan hati. Sehingga kebaikan dan ketulusan hati terpancar perkataan lembut yang akan menyembuhkan, menghibur, dan memberi pengharapan kepada orang lain, meredakan kegeraman dan amarah dan bahkan memberikan titik terang/ solusi dalam permasalahan. Perkataan lembut akan membawa kedamaian dan sukacita di tengah-tengah kita. Amin.

Doa Penutup: Kita berdoa! Allah Bapa yang penuh kasih yang telah menganugrahkan kehidupan kekal bagi kami melalui Yesus Kristus. Kami bersyukur untuk kasihMu yang luar biasa hingga saat ini. Engkau memberikan kami kesempatan mendengar FirmanMu di pagi hari ini. Kami telah dicerahkan oleh FirmanMu. Tuhan biarlah kami selalu mencintai dan merindukan FirmanMu itu, sehingga hati kami selalu terjaga dari segala bentuk kejahatan. Dengan itu kami mencintai kedamaian, mencintai tutur bahasa yang lembut. Dan kami membenci pertengkaran, amarah dan kedengkian terhadap sesama kami. Biarlah Roh KudusMu menaungi dan memimpin hati kami setiap harinya dan kami berpengharapan hanya kepadaMu. Di dalam Nama AnakMu Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.


Bvr. Tioma Debataraja- Staf di Kantor Sekretaris Mitra HKBP 

Pustaka Digital