Renungan Harian HKBP | 17 Juni 2023
Doa Pembuka: Mari kita berdoa! Allah Bapa kami yang berkuasa di Bumi dan di Sorga, kami mengucap syukur atas keselamatan yang Engkau berikan kepada kami melalui pengorbanan Yesus Kristus. Kami bersyukur untuk napas kehidupan, kesehatan, dan kekuatan yang Engkau berikan kepada kami pada hari yang baru ini. Tuhan, kami rindu membaca dan merenungkan firman-Mu pada saat ini. Berkatilah hati dan pikiran kami semua, baik yang menyampaikan maupun yang mendengarkan, agar Roh KudusMu memberikan pengertian di hati dan pikiran kami. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa dan bersyukur. Amin.
Selamat pagi Bapak/Ibu, saudara/saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus. Selamat Hari Sabtu dan Salam sejahtera bagi kita semua. Ayat yang mendasari Firman Tuhan hari ini sesuai dengan Almanak HKBP, diambil dari kitab 2 Timotius 4:7 “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”.
Saudara/i, ayat ini barangkali sering kita dengar di tengah acara kedukaan. Bila ada seseorang yang meninggal, lalu keluarga dan handai tolan akan berdatangan. Mereka sering mengutip ayat ini untuk menghibur keluarga yang berduka bahwa yang meninggal tersebut sudah menjadi teladan dalam perjuangan dan iman selama ia hidup.
Namun saudari/i terkasih, mari kita lihat sebentar latar belakangnya mengapa Paulus mengatakan ayat ini. Bila kita lihat di ayat sebelumnya, Paulus memerintahkan Timotius untuk melakukan 3 hal:
Memberitakan firman Tuhan tanpa penyelewengan. Firman Tuhan harus disampaikan dengan murni sesuai dengan perintah Allah. Tidak boleh ada pemberitaan yang demi menyenangkan pendengarnya atau demi disukai banyak orang, akhirnya memberitakan Firman yang didasarkan pada imajinasi si pemberita firman atau cerita-cerita lucu yang tidak relevan.
Siap sedia, baik atau tidak baik waktunya, menyatakan apa yang salah, menegur, dan menasihati dengan segala kesabaran dan pengajaran. Sebagai orang Kristen tidak boleh berdiam diri atas kesalahan dan dosa yang terjadi di sekitar kita. Daripada bermanis-manis di depan muka, orang Kristen diperintahkan Paulus agar berani menyatakan apa yang salah, menegur lalu menasihati. Disebutkan menyatakan apa yang salah, bukan menyalahkan! Hal ini tentu berbeda. Jadi kita tidak diminta marah yang asal-asal atau membiarkan yang salah. Tapi diminta untuk menegur dan menasihati. Dan hal itu harus dilakukan dengan kesabaran serta berisi pengajaran.
Menguasai diri dalam segala hal, sabarlah menderita, melakukan pekerjaan pemberita Injil, dan menunaikan tugas pelayanan. Pertanyaannya bagi kita, apakah kita termasuk orang yang menguasai diri dalam segala hal? Apakah kita sabar menderita? Apakah kita melakukan pekerjaan pemberitaan Injil? Apakah kita menunaikan tugas pelayanan dengan tulus dan setia?
Bagi Paulus, saat kematiannya sudah dekat, ia berani mempersaksikan kepada Timotius bahwa semuanya itu telah ia lakukan seumur hidupnya sejak dipanggil oleh Yesus Kristus di perjalanan ke Damaskus. Dalam 2 Korintus 4:8-9 disebutkan bahwa ia dan rekan pelayanannya ditindas dalam segala hal, kehabisan akal, dianiaya, dihempaskan. Bahkan dalam 2 Korintus 11:23-28 disebutkan Paulus lebih sering di dalam penjara, didera di luar batas, kerap dalam bahaya maut, ratusan kali disesah orang Yahudi, didera, dilempari batu, karam kapal, terkatung-katung di tengah laut, terancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari dari bangsa Yahudi dan non Yahudi, bahaya di padang gurun, di tengah laut. Paulus berjerih lelah dan bekerja berat karena tidak bergantung pada ucapan syukur warga jemaat. Ia sering tidak tidur, lapar dan dahaga, kadang sampai berpuasa, kedinginan tanpa pakaian. Semuanya itu ia lakukan sambil mengerjakan pekerjaan sehari-hari, yaitu memelihara semua jemaat-jemaat.
Setelah mengingat semua kesusahan dan penderitaan itu, barulah kemudian Paulus mengatakan: Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Bapak/ibu, saudari/i terkasih, luar biasa sekali bukan perjalanan pelayanan Paulus? Menurut saya kata “luar biasa” tepat diberikan kepada Paulus karena ia memang mengalami begitu banyak pengalaman yang luar biasa. Paulus tidak tampak mengalami berbagai kemudahan yang kita alami seperti zaman ini. Kita dengan mudah mengatakan “luar biasa” pada sebuah postingan seseorang di media sosial. Hal itu tentu tidak salah. Tapi kita tahu, postingan itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan kesusahan & penderitaan yang dialami oleh Paulus semasa hidupnya. Ya, Paulus sudah mengakhiri pertandingan yang baik, dia telah mencapai garis akhir dan dia telah memelihara iman. Kiranya Yesus Kristus memampukan kita menjalani pertandingan yang baik, hingga akhirnya nanti kita dapat mencapai garis akhir dengan iman yang tetap terpelihara dengan baik. Amin.
Doa Penutup: Kita berdoa! Bapa kami bersyukur atas firman yang baru saja diperdengarkan bagi kami. Ampuni kami jikalau kami belum melakukan apa pun untuk membalas kasih-Mu yang besar dan ajaib. Karuniakanlah kepada kami keberanian dan ketekunan untuk melakukan segala hal yang menyenangkan hati Tuhan, memberitakan firman, menegur dan menasihati yang salah, menguasai diri dalam segala hal dan sabar menderita demi Injil Yesus Kristus terberitakan melalui hidup dan pelayanan kami semua. Terimalah doa syukur dan permohonan kami ini, ya Allah, di dalam nama Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin.
Pdt. Ferdinand Ricardo Hutabarat, S.Si., S.Si (Teol.)- Pendeta Fungsional di Biro Personalia HKBP