Renungan Harian HKBP | 15 Agustus 2023
“Cepat mendengar, lambat berkata-kata”
Selamat pagi bagi saudara sekalian di mana pun berada saat ini. Sebelum kita beraktivitas sepanjang hari ini, terlebih dahulu kita mendengarkan Firman Tuhan. Marilah kita berdoa!
Doa Pembuka: Bapa di Surga, terima kasih atas anugerahMu yang menyertai kehidupan kami hingga saat ini. Saat ini, kami akan mendengarkan FirmanMu; tuntunlah kami dalam Roh-Mu agar kami mendengarkan dengan baik, dan dapat memahami serta mampu melakukan sesuai firman-Mu di dalam kehidupan kami! Melalui Anak-Mu Yesus Kristus, dengarlah doa kami. Amin.
Bapak, Ibu, saudara sekalian yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Firman Tuhan hari ini, Selasa, 15 Agustus 2023, tertulis dalam Yakobus 1:19 ”Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah”.
Jemaat yang dikasihi Kristus, mendengar dan berkata-kata adalah dua hal yang saling berkaitan dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun apabila diurutkan hal yang pertama harus dilakukan adalah mendengar. Mengapa? Sesuatu yang kita ucapkan tentulah terlebih dahulu sudah kita dengar, baru kita mengucapkannya. Memang kita bisa mengetahui sesuatu lewat penglihatan atau pengamatan, akan tetapi yang dimaksud oleh Yakobus dalam firman Tuhan ini adalah mendengar “suara” Tuhan atau mendengar firman Tuhan.
Jelaslah bagi kita, bahwa Tuhan tidak bisa kita lihat secara kasat mata, tetapi dapat kita dengar melalui firman-Nya. Ini yang dimaksud oleh Yakobus agar setiap orang percaya hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. Kata “cepat” dan “lambat” di sini sebenarnya bukan hanya sebatas soal ukuran waktu; namun soal kemauan, kesukaan, dan pertimbangan.
Biasanya orang yang menyukai sesuatu, dia akan senang mendengar tentang hal yang disukainya itu. Tidak serta merta dia berkata-kata mengenai hal itu. Demikian dengan firman Tuhan, apabila kita menyukainya, maka kita akan senang mendengar firman Tuhan. Tidak serta merta kita berkata-kata tentang firman Tuhan yang belum kita ketahui.
Apabila kita lebih cepat berkata-kata dibanding mendengar maka akan bahaya, sebagaimana juga diingatkan kitab Amsal: “Di dalam banyak berbicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa menahan bibirnya, berakal budi. Lidah orang benar seperti perak pilihan, tetapi pikiran orang fasik sedikit nilainya” (Amsal 10:19-20). Bahkan membahayakan bagi dirinya sendiri: “Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan” (Amsal 13:3).
Berdasarkan hal itu juga Yakobus mengingatkan agar juga lambat untuk marah. Kemarahan sering dilakukan lewat kata-kata yang menyakitkan, mengumpat, dan berteriak tidak karuan. Kalau sudah demikian, kita tidak bisa menjaga mulut kita untuk melampiaskan kemarahan, sehingga kita akan jatuh dalam kebinasaan.
Hanya satu cara untuk mengatasinya, yaitu: latihlah dirimu untuk lebih cepat mendengar dan lambat untuk berkata-kata. Dengan demikian, setiap perkataan yang hendak kita ucapkan sudah lebih dahulu kita pertimbangkan dengan baik.
Sebenarnya nasihat ini juga diajarkan dalam budaya Batak sebagaimana umpama: “Niarit lili bahen pambaba, jolo nidilat bibir asa nidok hata” Artinya: Sebelum mengucapkan kata-kata hendaklah lebih dulu dipikirkan baik-baik atau dipertimbangkan apa dampak dan pengaruh dari ucapan kita.
Jemaat yang dikasihi, sebenarnya nas ini adalah bagian awal dari nasihat Yakobus tentang mendengar dan melakukan firman Tuhan. Tidak berhenti pada mendengar saja, harus melakukannya. Yakobus mengkritik orang Kristen yang hanya pendengar saja. Itu disamakan dengan orang yang menipu dirinya sendiri. Dia dengar, tapi segera berlalu dan melupakannya. Firman Tuhan bukan sekadar ilmu pengetahuan, bukan juga sekedar nasehat, bukan sekedar petuah, dan bukan sekedar hukum atau norma. Firman Tuhan tidak teoritis tapi praktis.
Firman Tuhan itu hidup dan nyata dalam kehidupan orang percaya. Kita harus menghidupkan Firman Tuhan dan Firman Tuhan menghidupi kita. Bagaimana Firman Tuhan hidup? Lewat perilaku dan perbuatan. Semua tindakan harus berdasarkan Firman Tuhan, dan Firman Tuhan mendasari segala pemikiran dan perbuatan.
Orang yang mendengar dan melakukan Firman Tuhan akan memperoleh kebahagiaan. Firman yang dia dengar dilakukannya, dan perbuatannya itulah kebahagiaannya. Semuanya diawali dengan mendengarkan Firman, dan dilanjutkan untuk bertindak sesuai dengan firman. Begitulah hidup benar sesuai dengan hukum Tuhan. Kiranya Tuhan menolong kita. Amin.
Doa Penutup: Mari kita berdoa! Bapa di Sorga, terima kasih untuk firman-Mu yang menguatkan hati dan meneguhkan iman kami. Kami selalu rindu dan haus akan firman-Mu. Firman-Mu yang telah kami dengar kiranya berdiam di dalam diri kami, dan menjadi pedoman bagi kami dalam melakukan segala aktivitas kami. Ajarlah kami untuk tetap percaya pada firman-Mu, dan iman kami tetap setia pada-Mu serta berpengharapan hanya pada-Mu saja. Mampukan dan kuatkan kami untuk menjalani kehidupan ini. Karena itu, kami serahkan hidup kami hanya kepada Tuhan. Dengarlah doa kami ini hanya di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.
Anugerah Tuhan kita Yesus Kristus. Kasih setia dari Allah Bapa dan Persekutuan Roh Kudus, kiranya menyertai kita sekalian hari ini dan selamanya. Amin.
Bvr. Sulastri Sitompul- Kantor Biro Zending HKBP