Renungan Harian HKBP | 14 September 2023

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran manusia, itulah kiranya memberkati hati dan pikiranmu, dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita yang hidup. Amin.

LUKAS 12 : 15

Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Saudara-saudara yang terkasih dalam nama Yesus Kristus!

Agar kita dapat memahami ayat renungan hari ini, ada baiknya kita membaca satu perikop, yaitu Injil Lukas 12:13-21; judul di Alkitab terbitan LAI Orang Kaya Yang Bodoh. Dikisahkan tentang seseorang yang bertanya kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku” (ayat 13). Kemudian di ayat 14-15 Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu.”

Saudara-saudara! Salah satu persoalan yang sering terjadi dalam hidup manusia adalah, hal pembagian harta warisan. Banyak orang yang bersaudara, berkeluarga jatuh dalam perselisihan, pertengkaran, bahkan hingga sampai ke meja pengadilan hanya karena memperebutkan harta warisan peninggalan orangtuanya. Bahkan ada juga sampai terjadi kasus pembunuhan karena memperebutkan harta warisan. Seperti yang dikisahkan di Lukas 12:13-21 ini, tentang seseorang yang menuntut warisan dari saudaranya. Yesus menjawab dengan mengemukakan sebuah perempumaan, tentang seorang kaya, tuan tanah yang selalu fokus mengumpulkan dan menimbun hasil tanahnya. Karena hasil tanahnya melimpah, hingga mengharuskan si orang kaya itu merombak lumbungnya dan mendirikan lumbung yang lebih besar. Si orang kaya itu bersukacita, karena ia berhasil mengumpulkan banyak harta, hingga ia berkata: “Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah dan minumlah dan bersenang-senanglah!” (ayat 19). Kemudian di ayat 20 dan 21 dikatakan: Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” 

Saudara-saudara! Si orang kaya itu mati, dan harta benda yang dikumpulkannya tidak dapat menyelamatkan nyawanya; si orang kaya itu juga tidak dapat menikmati harta benda yang dikumpulkannya. Saudara-saudara! Apa yang dapat kita petik dari kisah perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus itu? Intinya, hidup kita tidak tergantung kepada harta yang kita miliki, tetapi hidup kita tergantung kepada Tuhan. Banyak orang tidak menyadari hal ini, termasuk orang Kristen; hingga siang – malam bekerja keras hanya untuk mengumpulkan harta benda; supaya dapat dinikmatinya; bahkan supaya dapat diwariskan kepada anak-anaknya. Bahkan, banyak orang yang menghalalkan segala cara supaya mendapatkan banyak harta, supaya kaya raya; tentu dengan menggunakan kejahatan juga, asalkan kaya raya. Contoh-contoh tindakan kejahatan untuk memperoleh harta: mencuri, menipu, merampok, uang palsu, korupsi, dan lain-lain. Apalagi kasus-kasus korupsi, masih marak terjadi di negara kita. Banyak kasus korupsi yang melibatkan pejabat negara, Menteri dan Kepala Daerah.

Saudara-saudara, mengapa bisa terjadi hal sedemikian? Karena manusia sudah dihinggapi oleh roh ketamakan dan kerakusan akan harta benda. Itulah sikap yang diperbudak oleh harta duniawi hingga membuat manusia jatuh ke dalam dosa dan kejahatan. Apa itu ketamakan atau kerakusan akan harta benda? Dalam 1 Timotius 6:10, Rasul Paulus mengatakan: Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Tamak atau rakus akan harta benda, artinya: “Tidak pernah merasa cukup dan selalu merasa kurang; tidak pernah bersyukur atas apa yang telah dimiliki, tetapi selalu berpikir akan hal-hal yang belum dimiliki.”

Hal pokok yang dibicarakan dalam perikop ini adalah tentang harta, kekayaan, materi atau uang; sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya. Sebab banyak hal dalam hidup ini dapat kita peroleh dan dapat kita nikmati hanya apabila memiliki harta, memiliki kekayaan atau uang. Walaupun tidak semua hal dapat dibeli dengan uang. Ada ungkapan yang berhubungan dengan hal tersebut:

DENGAN UANG DAPAT DIBELI:

Buku, bukan hikmat

Rumah bagus, bukan rumahtangga bahagia

Tempat tidur, bukan tidur nyenyak

Hiburan, bukan kebahagiaan

Posisi, bukan harga diri

Obat, bukan kesehatan

Hiasan salib, bukan Juruselamat

Bangku gereja, bukan Kerajaan Sorga

Kita butuh uang, butuh harta benda; banyak hal dapat dibeli dengan uang yang kita miliki; tetapi tidak semua hal dalam hidup ini dapat dibeli dengan uang. Dan hidup manusia tidak tergantung kepada harta benda yang dimilikinya, seperti halnya kisah perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus, tentang “Orang Kaya Yang Bodoh.” Bisa saja terjadi dalam hidup ini, dua orang yang jatuh sakit, si A dan si B; si A orang kaya, si B hidupnya sederhana, biasa-biasa saja. Si A ketika jatuh sakit, karena punya banyak uang, pergi berobat ke Amerika Serikat; sementara si B ketika jatuh sakit, karena hidupnya biasa-biasa saja, hanya berobat ke Puskesmas, mempergunakan fasilitas BPJS Kesehatan. Apa yang kemudian terjadi kepada kedua orang itu, si A meninggal walaupun berobat ke Amerika; sementara si B sehat kembali, walaupun hanya berobat ke Puskesmas. Itu artinya, hidup manusia tidak tergantung kepada harta benda yang dimilikinya. 

Melalui perikop ini, yang penting adalah menjadi kaya di hadapan TUHAN. Oleh karena itu Salomo pernah berdoa, yang dicatat di kitab Amsal pasal 30 ayat 8 dan 9, katanya: Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku. Saudara-saudara, jadilah kaya di hadapan Tuhan. Amin.

Doa Penutup: Bapa Yang Mahakasih dan Mahapemurah, kami bersyukur atas berkat dan anugerahMu dalam hidup kami. Kami bersyukur, karena Tuhan memberkati dan menjaga kami dalam tidur kami, dan pagi ini kami bangun dalam keadaan sehat dan penuh sukacita. Kami bersyukur atas hari baru yang Tuhan anugerahkan kepada kami. Kami juga bersyukur atas firman-Mu yang telah menyapa kami. Kami telah mendengar firman-Mu, meteraikan di dalam hati dan pikiran kami, ajar kami untuk melakukan kehendak-Mu dalam kehidupan kami sehari-hari. Ajar juga kami untuk mensyukuri setiap anugerah dan berkat-Mu yang telah kami terima. Kiranya Tuhan mengajar kami untuk mempergunakannya dengan baik seturut dengan kehendak-Mu. Ajar kami untuk senantiasa mencukupkan diri kami dari setiap berkat yang Tuhan anugerahkan dalam hidup kami. Ajar kami agar jangan jatuh ke dalam ketamakan dan keserakahan akan harta benda. Bapa di sorga, pagi ini, kami akan memulai kegiatan, aktivitas dan pekerjaan kami untuk hari ini; kiranya Tuhan berkenan menyertai dan menolong kami, agar kami dapat melakukannya dengan baik seturut dengan kehendakMu. Berkati keluarga kami, orang-orang yang kami kasihi dan mengasihi kami di mana pun mereka berada pada saat ini; kiranya Tuhan menjaga dan melindungi kami di tempat kami masing-masing. Saudara-saudara kami yang dalam keadaan sakit, agar Tuhan memberkati proses pengobatannya, agar menjadi saluran berkat Tuhan untuk memberikan kesembuhan. Demikian juga dengan saudara-saudara kami yang saat ini sedang mengalami pergumulan karena berbagai kesulitan dan penderitaan, agar Tuhan berkenan memberi kekuatan kepada mereka, juga memberi pengharapan akan hari esok yang lebih baik; ajar dan ingatkan mereka agar tidak berputus asa. Di atas segala permohonan kami, kuduskan dan sucikan kami dari segala dosa dan kesalahan yang kami perbuat, agar kami layak disebut anak-anakMu. Dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

Pdt. Manaris Rikson Edianto Simatupang MTh – Bendahara Umum HKBP

Pustaka Digital