Renungan Harian HKBP (Evangelium) | 3 September 2023

MEMBERI DARI KEKURANGAN

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, itulah yang memelihara hati dan pikiranmu, di dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Amin.

Syalom. Saudara-saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Selamat hari Minggu, kiranya saudara semua dalam keadaan sehat dan penuh sukacita. Firman Tuhan bagi kita pada hari ini tertulis dalam 2 Korintus 8: 1-7. Saya akan membacakannya bagi kita.

1Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. 

2Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.

3Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.

4Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.

5Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.

6Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kami dan menyelesaikan pelayanan kasih tiu sebagaimana ia telah memulainya.

7Maka sekarang, sama seperti kami kaya dalam segala sesuatu, - dalam iman, dalam perkataan, dan dalam pengetahuan, dan dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami – demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.


Saudara-saudara yang terkasih. Dalam khotbah hari ini, nas kita berbicara mengenai nasihat yang diberikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Dalam nasihatnya Rasul Paulus mendorong jemaat di Korintus untuk menuntaskan pelayanan kasih yang sudah dimulai di jemaat itu. Pelayanan kasih adalah pelayanan yang dilakukan oleh jemaat-jemaat pada masa itu dengan mengumpulkan sumbangan untuk membantu jemaat di Yerusalem. 

Sebenarnya jemaat Korintus sudah memulai proses mengumpulkan sumbangan untuk pelayanan kasih itu, namun tampaknya proses itu tidak kunjung tuntas. Karena itu Paulus mendorong jemaat itu untuk menuntaskannya. Paulus menyinggung jemaat Makedonia sebagai jemaat yang patut diteladani dalam hal pelayanan kasih. Paulus menekankan bahwa jemaat Makedonia mengumpulkan sumbangan mereka dengan kerelaan, dan mereka memberikan jauh lebih besar daripada yang diharapkan. Pelayanan yang dilakukan oleh jemaat Makedonia menjadi semakin istimewa, sebab bila melihat keadaan mereka, sesungguhnya mereka tidak sanggup untuk melakukan pelayanan itu. Sekalipun jemaat Makedonia adalah jemaat yang miskin, dan lagi pula mereka menghadapi berbagai penderitaan, namun jemaat Makedonia begitu bersemangat dalam melaksanakan tugas pelayanan kasih itu.

Dengan menyoroti keteladanan jemaat Makedonia, Paulus mendorong jemaat Korintus untuk melakukan hal yang sama. Paulus tidak ingin memaksa jemaat Korintus, sebab pelayanan kasih memang harus dilakukan dengan kerelaan. Rasul Paulus ingin menyadarkan jemaat Korintus, bahwa keadaan mereka jauh lebih baik daripada keadaan jemaat Makedonia. Disebutkan bahwa mereka lebih kaya dalam segala sesuatu: iman, perkataan, pengetahuan, kesungguhan membantu dan dalam kasih. Dengan kata lain, Paulus ingin mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada alasan bagi jemaat Korintus untuk tidak menuntaskan pelayanan itu. Pelayanan itu sudah dimulai, mereka hanya perlu menyelesaikannya.

Saudara-saudara yang terkasih. Memberikan bantuan, adalah salah satu bentuk pelayanan di tengah jemaat. Kita mungkin lebih sering menyebut pelayanan seperti ini sebagai diakonia. Bagi beberapa orang, melakukan pelayanan kasih seperti itu adalah hal yang biasa dilakukan. Orang-orang yang hidup dalam kasih Tuhan tentu akan melakukan pelayanan kasih itu dengan keikhlasan, tanpa mengharapkan balasan. Namun, kita barangkali pernah melihat ada bentuk pelayanan kasih yang dilakukan sejatinya tidak lagi berdasarkan kasih. Beberapa orang melakukannya dengan mengharapkan pujian, menjadikannya sebagai ajang eksistensi diri. Terlebih di era media sosial saat ini, banyak sekali tindakan memberi kepada orang yang membutuhkan, dilakukan hanya untuk menjadi konten di media sosial. Di satu sisi konten kreator yang memberi itu dikesankan sebagai seorang penderma, sebagai orang yang perhatian kepada orang yang membutuhkan namun di sisi lain, justru dari konten memberi bantuan itu, si konten kreator mendapatkan uang. Ironis. 

Memberi sesuatu, tidak pernah didasarkan pada berapa banyak harta kekayaan yang ada pada kita. Banyak orang yang memiliki harta melimpah, tetapi belum tentu bersedia memberikan bantuan. Sebaliknya, banyak orang yang sebenarnya hidupnya sederhana, tetapi terbiasa untuk memberikan sebagian dari apa yang dia miliki. Jemaat Makedonia yang disebut oleh rasul Paulus dalam nas ini menjadi salah satu bukti nyata. Kita juga melihat semangat yang sama dalam kisah seorang janda yang memberikan persembahan sebesar dua dinar. Mereka memberi bukan dari kelimpahannya, tetapi dari kekurangannya, dan hal itu membuat tindakan memberi itu menjadi sangat bernilai.

Kita diajak untuk turut melakukan pelayanan kasih. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai bentuk pelayanan kita. Kita dapat membantu secara langsung orang-orang yang membutuhkan bantuan, kita juga dapat memberikan bantuan kita melalui gereja, melalui lembaga sosial dan masih banyak lagi cara yang dapat kita lakukan. Apapun bentuknya, yang terutama harus kita ingat adalah bahwa kita bisa memberi, karena kita sudah terlebih dahulu menerima berkat dari TUHAN. Pelayanan kasih tidak boleh dipahami sebagai alat untuk membeli berkat yang lebih banyak lagi dari TUHAN. Setiap orang yang melakukan pelayanan kasih atau memberi sesuatu haruslah benar-benar berangkat dari hati yang tulus. Dorongan untuk memberi haruslah didasarkan pada kesadaran bahwa kita telah menerima kasih yang begitu besar dari TUHAN, maka kita pun patut untuk meneruskan kasih itu kepada sesama manusia. Kita tidak akan pernah bisa melakukannya dari pikiran dan kekuatan kita sendiri. Tetapi kita pasti bisa melakukannya sebatas kemampuan kita, bila mengandalkan TUHAN. Amin

Doa Penutup: Terima kasih ya Tuhan untuk penyertaanmu dalam kehidupan kami hari ini. Kami bersyukur untuk hari baru yang engkau berikan bagi kami, terlebih pada hari ini engkau memanggil kami untuk beribadah kepadaMu. Firman-Mu yang telah kami dengarkan, kiranya memenuhi hati dan pikiran kami. Ajarlah kami ya, Tuhan agar kami mampu memberi dari kekurangan kami, sebagaimana dahulu jemaatMu di Makedonia memberi dari kekurangan mereka. Agar melaluinya kami mampu saling menolong. Kami tahu kami tidak akan pernah dapat melakukannya, bila hanya mengandalkan pikiran dan kekuatan kami sendiri. Tetapi kami yakin dan percaya kami dapat melakukannya dengan berkat dan penyertaan TUHAN. Terimalah doa kami ini.

Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah namamu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.

Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau, Tuhan menyinari engkau dengan wajahnya dan memberi engkau kasih karunia, Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. Amin

Pdt. Samuel D. Sigalingging (Kabag. Adm. Departemen Koinonia HKBP)


Pustaka Digital