Renungan Harian HKBP | 4 April 2023
Selamat pagi bapak/ibu dan saudara-saudara yang di kasihi oleh Yesus Kristus. Shalom. Semoga kita semua dalam kondisi yang baik. Pagi hari ini, Selasa, 4 April 2023, kita berjumpa kembali dalam Renungan Harian dari Departemen Marturia HKBP. Bersama kita akan merenungkan FirmanNya yang hari ini diambil dari Markus 12:33. Saya mengundang kita untuk terlebih dahulu bersaat teduh.
Saat Teduh
Doa Pembuka: Allah Sang Sumber Kasih, kami bersyukur untuk nafas kehidupan yang masih diberikan untuk kami. Kami bersyukur untuk penyertaanMu yang terus bisa kami rasakan melalui berbagai hal sederhana di sekitar kami. Sebentar kami akan merenungkan FirmanMu. Ajar kami untuk mengerti agar kami bisa terus menjadi anak-anak terang di tengah dunia. Demi Kristus kami berdoa. Amin.
Pembacaan Nats: Markus 12:33 “Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.”
Topik: “Menjadi yang spesial.”
Banyak hal di dunia ini yang terkesan bisa dilakukan oleh semua orang namun ketika kesulitannya ditingkatkan sedikit, hanya tersisa segelintir orang yang bisa. Misalnya, memasak. Mungkin semua orang bisa memasak nasi goreng. Namun, hanya segelintir yang bisa memasak nasi goreng spesial. Logika yang sama juga berlaku ketika kita berbicara soal mengasihi. Mungkin, semua orang mengakui bahwa dirinya bisa mengasihi Tuhan dan sesama. Namun, tidak semua orang bisa mengasihi Tuhan dan sesama hingga pada level seperti mereka mengasihi diri sendiri dan dengan total (segenap pikiran, pengertian, kekuatan). Inilah mengapa “kasih” atau “mengasihi” menjadi inti dari seluruh hukum dan ajaran yang disampaikan Kristus untuk kita lakukan.
Bila keseluruhan pasal 12 ini dibaca, maka akan jelas terlihat bahwa Yesus sedang berdialog dengan beberapa pihak yang menghampirinya. Mereka di antaranya adalah ahli Taurat, orang Farisi, dan orang Saduki. Mereka silih berganti mengajukan pertanyaan dengan harapan Yesus akan memberikan jawaban yang salah. Bila ini terjadi, bisa dipastikan popularitas Yesus akan hancur dalam sekejap. Apalagi saat itu memang Yesus mulai mendapat perhatian dari banyak pihak karena ajaran dan mukjizat yang dibuat. Sebagian ada yang bahagia dengan ini, namun tidak sedikit yang merasa keberhasilan Yesus ini adalah sebuah ancaman untuk mereka.
Bergerak lebih jauh, bacaan kita hari ini adalah jawaban Yesus atas pertanyaan tentang hukum terpenting andai ingin menjadi pengikutNya yang baik. Pertanyaan ini sendiri diajukan oleh seorang ahli Taurat. Yang membuat bacaan kita hari ini menjadi semakin menarik adalah bahwa ternyata Yesus mendapat kesan yang baik dari Si Pemberi Pertanyaan meski ia berasal dari kelompok penentang. Bahkan, ayat yang menjadi bahan renungan kita hari ini, ayat 33, adalah kutipan perkataan Si Pemberi Pertanyaan. Ayat ini juga menjadi jawaban atau alternatif atas kerumitan beragama pada saat itu. Seperti diketahui bersama, ada ratusan hukum turunan yang berlaku sebagai hasil pengembangan Hukum Taurat. Pada periode yang sama, keimanan seseorang akan sangat ditentukan pada keberhasilannya menjalankan hukum-hukum tersebut.
Kembali ke topik mengasihi. Seperti yang sempat disinggung pada awal renungan, dewasa ini mengasihi sering kali dianggap mudah namun nyatanya tidak. Apalagi ketika kita diminta untuk mengasihi Tuhan dan sesama manusia secara total. Padahal, berkaca pada bacaan Alkitab kita pagi ini, kasih adalah inti dari semua hukum yang berlaku. Saya menduga, mengasihi menjadi sulit dilakukan karena adanya paradigma dalam pikiran kita yang mengatakan bahwa mengasihi adalah sebuah tindakan transaksional.
Pemahaman demikian, bahwa kasih harus bersifat transaksional, akan membatasi kita untuk memberikan kasih hanya kepada mereka yang berpotensi memberikan kita kasih juga sebagai timbal balik. Akibatnya, kasih yang kita miliki tidak akan bisa menyebar luas. Lebih jauh lagi, bila pemahaman ini juga kita terapkan pada relasi kita dengan Tuhan, maka yang terjadi adalah kita tidak akan melakukan perintahNya andai kita kesulitan melihat keuntungan yang akan didapat dari perintah tersebut.
Padahal, pemahaman demikian sungguh membahayakan pertumbuhan iman kita. Berkaca dari kasih yang diberikan Tuhan untuk manusia, jelas sekali sifatnya bukanlah transaksional. Tidak ada hal baik yang sudah diberikan manusia terlebih dahulu kepada Tuhan sehingga membuat manusia menjadi layak diperlakukan dengan baik. Juga, tidak ada jaminan bahwa manusia akan sepenuhnya berlaku seperti yang diharapkan Tuhan. Untuk poin terakhir, Alkitab sudah mencatat bahwa ada masa manusia sungguh menentang otoritas Tuhan. Namun, apakah Tuhan serta-merta menghilangkan kasihNya untuk manusia? Jawabannya, tidak. Apakah Tuhan tidak mengetahui potensi permasalahan yang bisa dilakukan oleh mansuia ini? tentu Tuhan tahu. Tetapi sekali lagi, apakah karena ini semua Tuhan menghentikan kasihNya untuk manusia? Jawabannya juga, tidak. Sampai pada titik ini, kita jadi diingatkan bahwa kasih bukan transaksional, dan memang harus bersifat total – tanpa ada embel-embel yang mengikuti.
Melalui bacaan hari ini, kita diundang untuk mampu mengubah paradigma yang menganggap kasih adalah tindakan transaksional. Kita diundang untuk bisa meningkatkan kualitas kita dalam hal mengasihi Tuhan dan sesama. Keduanya memang harus saling berkaitan karena tidak mungkin seseorang bisa mengasihi sesama tanpa mengasihi Tuhan Sang Sumber Kasih itu. Sebaliknya, tidak mungkin seseorang bisa mengasihi Tuhannya tetapi mengabaikan sesamanya yang menderita. Kiranya Tuhan memampukan kita. Amin.
Doa Penutup: Kami bersyukur untuk firmanMu yang sudah menyapa kami kali ini. Kami bersyukur kalau kami terus diingatkan untuk menjadi saluran kasihMu di tengah dunia ini. Ajarlah kami untuk terus mampu melihat penyertaan dan tuntunanMu melalui hal-hal sederhana dalam kehidupan kami. Di dalam Kristus Yesus kami berdoa. Amin.
Anugerah dari Tuhan kita Yesus Kristus, Kasih setia dari Allah Bapa, serta Persekutuan dari Roh Kudus, kiranya menyertai kita. Amin.
Cal. Pdt. Mikhael Sihotang, M.A- Staf Kantor Departemen Koinonia HKBP