Renungan Harian HKBP | 29 Juni 2023
Doa Pembuka: Kita berdoa! Bapa kami yang di Surga, terima kasih atas hari baru yang Tuhan berikan kepada kami hari ini. Kami mengetahui dengan baik bahwa Tuhan adalah Sang Pemilik kehidupan kami, karenanya kami ingin menjalani kehidupan kami hari ini dan selamanya hanya di dalam tuntunan Tuhan. Firman yang akan kami dengarkan saat ini, kiranya itulah yang menjadi pedoman di dalam hidup kami. Mampukan kami untuk melakukannya ya Tuhan, hanya di dalam nama-Mu yang kudus itu kami telah berdoa dan mengucap syukur. Amin.
Bapak, ibu, saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, untuk mensyukuri anugerah kehidupan yang masih Tuhan berikan kepada kita pada hari ini, marilah kita terlebih dahulu mendengar sapaan Firman Tuhan sebelum memulai aktivitas kita.
Firman Tuhan yang menjadi pedoman hidup kita pada hari ini tertulis dalam Pengkhotbah 10:4, demikian bunyinya: “Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar”. Demikian Firman Tuhan.
Bapak, ibu dan saudara-saudari terkasih, pernahkah kita mendengarkan cerita dari orang terdekat kita yang sedang sangat marah? Umumnya, ketika berada dalam posisi ini kita akan merasa sedikit canggung. Seseorang yang sedang marah sama sekali sulit untuk memposisikan dirinya sebagai orang yang netral, kecenderungannya adalah menyalahkan orang lain, keadaan, atau bahkan segala sesuatu yang dianggap mengganggunya barang sedikit saja. Angin berhembus terlalu kencang sedikit sajapun bisa membuatnya bertambah marah hingga memaki angin itu.
Ketika kita berada dalam posisi menjadi si pendengar, kita sudah barang tentu memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada orang terdekat kita yang sedang dilanda amarah itu. Ingin hati kita memberikan nasehat kepada mereka untuk meredakan amarahnya, bukan? Tetapi tentu tidak akan semudah itu.
Dalam beberapa video singkat di media sosialpun sering terdapat guyonan yang mengatakan: “Jika pasanganmu sedang kesal/ marah terhadap seseorang, jangan menasehatinya, karena dia pasti akan bertambah marah. Jangan pula hanya diam saja, karena dia pasti merasa tidak dibela. Hal yang harus dilakukan oleh kita adalah ikut marah terhadap orang yang membuat kesal pasanganmu, dengan begitu amarahnya pasti akan segera reda!”
Bapak, ibu yang terkasih, tentu saja itu hanyalah sebuah guyonan belaka, ya. Tidak untuk benar-benar dilakukan meskipun sebenarnya ada saja yang melakukannya. Tetapi tentu kita tahu bahwa hal seperti itu tidaklah baik.
Ada satu kalimat yang sangat familiar diucapkan orang ketika sedang diingatkan untuk bersabar dalam amarahnya, yaitu “Sabar, sabar, sabar, sabar terus! Sabar pun ada batasnya!” Hal ini adalah salah, karena kesabaran itu tidak ada batasnya. Gus Dur bahkan pernah berkata, “Sabar itu tidak ada batasnya, kalau ada batasnya berarti tidak sabar.”
Bapak, ibu, saudara-saudari terkasih, memang tidak mudah dalam praktiknya bagi kita untuk segera memadamkan amarah dan menggantinya dengan kesabaran. Dalam ayat bacaan kita pada pagi hari ini sebenarnya Raja Salomo sedang mengingatkan rakyatnya untuk bersikap lebih bijaksana dan penuh hikmat. Meskipun konteks pembicaraan dalam Pengkhotbah 10 adalah dalam hubungan pemimpin dengan rakyatnya, namun tentu kita tetap harus mempraktekkannya dalam kehidupan kita sehari-hari karena nasehat ini sangatlah berguna.
Tidak ada yang salah dari memiliki perasaan amarah, hal itu sangat lumrah dan hanyalah bagian dari emosi yang ada pada diri kita. Sepertihalnya perasaan senang dan sedih, semua orang akan mengalaminya. Akan tetapi hal yang harus kita ingat di dalam diri kita adalah bahwa sebagaimana perasaan senang dan sedih, pun kemarahan pasti akan berlalu. Permasalahannya adalah seberapa lama kita akan bisa melaluinya? Apakah kemarahanan itu akan buru-buru kita singkirkan atau justru terus-menerus kita pelihara?
Perasaan amarah sering kali membuat kita terlena untuk melampiaskannya terhadap sesuatu hingga bahkan mendorong kita untuk bertindak gegabah dalam keputusan yang tidak matang. Hari ini kita diingatkan kembali oleh Salomo yaitu ketika kita sedang merasakan amarah, janganlah sekali-kali mencoba untuk mengambil suatu keputusan karena niscaya keputusan itu justru hanya akan menyebabkan masalah atau bahkan penyesalan.
Pengkhotbah 10:4 yang kita baca pada hari ini mengingatkan kita bahwa kesabaran haruslah selalu kita upayakan ada pada diri kita tanpa batasan karena kesabaran akan mencegah timbulnya kesalahan-kesalahan besar.
Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk selalu bersikap sabar setiap harinya. Amin.
Doa Penutup: Kita berdoa! Bapa yang kami kenal dan kami sembah di dalam Yesus Kristus. Kami mensyukuri penyertaan Tuhan dalam hidup kami melalui Firman yang masih dapat kami dengarkan hari ini. Kiranya Tuhan memampukan kami untuk berhikmat dalam mengelola amarah kami setiap harinya, agar kami dapat terhindar dari kesalahan-kesalahan yang dapat timbul karena amarah kami. Kiranya Tuhan menolong kami dan memampukan kami. Bapa yang baik, kami hendak memulai aktivitas kami sepanjang hari ini, kiranya Tuhan yang sertai dan memimpin kami. Kami serahkan seluruh hidup kami dalam tangan pengasihan Tuhan, di dalam Yesus Kristus kami telah berdoa dan berserah. Amin.
C.Pdt. Cintya Pardede, S.Th- Staf di Biro TIK HKBP