Renungan Harian HKBP | 27 Mei 2023
Doa Pembuka: Ya Allah Yang kami kenal dalam diri Yesus Kristus, naungilah hati dan pikiran kami dalam pembacaan firman dan renungan yang akan meneguhkan kami untuk terus berjalan dan berkarya dalam setiap hari yang Engkau berikan. Di dalam nama Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.
Nats Renungan: Matius 14:14 “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit”.
Yesus Yang Perasa dan Peduli Ibu, bapak, saudari/a yang terkasih, kisah kehidupan Yesus sebagai manusia begitu kaya dan memberi pengaruh yang luar biasa pada masa lalu, masa kini, dan masa depan. Hal ini terlihat dari ayat bacaan kita yang memiliki tiga pokok yang dapat kita renungkan. Pertama, Yesus adalah tokoh yang begitu dirindu dan ditunggu oleh banyak orang. Kehadiran-Nya memperlihatkan bahwa Ia adalah Allah Yang begitu perasa dan peduli. Yesus sangat peka dalam mengindahkan atau memperhatikan setiap orang, bahkan orang-orang yang tidak diperhatikan dan dipedulikan sesamanya.
Kedua, Yesus mengetahui dan mengenal berbagai kebutuhan yang diperlukan umat-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa Ia adalah Sang Allah Yang Maha tahu dan selalu memelihara setiap manusia sesuai dengan kebutuhannya. Ketiga, Yesus adalah Allah yang Maha Pengasih, cepat, tepat, dan cakap dalam bertindak. Ia tidak pernah “diam”. Jika kita melihat perikop bacaan sebelum perikop dari ayat bacaan kita pada hari ini, maka kita akan melihat sebuah peristiwa besar yaitu kematian Yohanes Pembaptis, saudara sepupu Yesus. Ia mati karena kepalanya dipenggal atas perintah raja Herodes Antipas. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Yesus ketika mendengar berita itu dari para muridnya. Relasi Yesus dan Yohanes Pembaptis begitu dekat karena ibu mereka, Maria dan Elisabet adalah saudari yang saling mengasihi. Hal ini dapat kita ingat dari sukacita Elisabet ketika dikunjungi Maria saat ia mengandung Yohanes (Luk. 1:39-45). Bahkan Yohanes adalah orang telah membaptis-Nya (Mat. 3:1-12). Bisa dibayangkan perasaan Yesus mendengar kematian Yohanes.
Perasaan sedih, duka, dan luka dalam hati Yesus yang begitu mendalam membuat Ia menyingkir dan mengasingkan diri ke tempat yang sunyi. Ia juga melakukannya untuk menghindari raja Herodes yang terus mengincarNya. Hal ini terjadi sejak Ia masih kanak-kanak. Kedua orang tua-Nya, Maria dan Yusuf, melindungi Yesus dengan menyingkir ke Mesir untuk melarikan diri dari ancaman raja Herodes ayah dari raja Herodes Arkelasus dan Herodes Antipas yang berkuasa pada masa itu. Herodes Antipas menyamakan Yesus dengan Yohanes Pembaptis yang telah bangkit (bnd. Mat. 14:1-3). Ketika orang-orang mendengar bahwa Yesus telah menyingkir, mereka segera meninggalkan kota-kota mereka dan pergi menyusul Yesus melalui jalan darat (14:13). Orang banyak yang menyusul Yesus ini tidaklah sama dengan orang-orang Israel yang sesat dan menolak-Nya. Mereka mengikut Yesus karena mendengar dan melihat pengajaran dan karya Yesus yang luar biasa, tidak biasa, bahkan tidak pernah ada. Ketika Yesus melihat dan memandang orang-orang yang begitu banyak terus mengikuti, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Kepedulian Yesus kepada sesama tetap ada dalam rasa duka-Nya yang mendalam. Matius 14:14 menuliskan, “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.” Rasa duka Yesus Kristus tidak berkuasa atas diri-Nya ketika berkarya. Kata “belas kasihan”(=belarasa), dalam teks aslinya, bahasa Yunani, splagchnizomai (spal-ghi-zomai), yang menunjukkan kepedulian yang mendalam dari kemanusiaan untuk memberikan pertolongan dan pemulihan. Bacaan selanjutnya bahkan menuliskan bahwa Ia memberi mereka makan orang banyak yang berjumlah 5.000 orang. Belarasa Yesus tetap nyata dalam kepedulian kepada sesama dalam situasi dan kondisi krisis yang sedang hadapiNya. Tindakan Yesus menjadikan kita belajar untuk semakin mampu berkarya dan berarti bagi sesama dalam segala yang masa yang terjadi di dalam kehidupan kita. Bersama dengan pengajaran Yesus, marilah kita terus belajar untuk berkarya seperti Yesus yang perasa dan peduli dengan sesama. Amin.
Doa Penutup: Ya Yesus Yang Maha Pengasih, kami mengucap syukur akan kasih-Mu yang tidak bertara di dalam kehidupan kami. Engkau mengajarkan kami untuk terus berkarya dalam rasa dan kepedulian kepada sesama, bahkan pada masa yang begitu menyedihkan dan lara. Kiranya Engkau terus membimbing kami dan menguatkan kami yang ringkih ini untuk terus melangkah dalam pergumulan dan perjuangan hidup. Di dalam nama Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.
Pdt. Franciska Marcia J. Silaen Pendeta, M.Th- Fungsional Biro SMIRNA HKBP