Renungan Harian HKBP | 24 Juli 2023

Doa Pembuka: Allah Bapa di sorga, kami bersyukur buat nafas kehidupan dan hari yang baru yang telah Engkau karuniakan bagi kami pada hari ini. Sejenak kami akan mendengarkan firmanMu, kiranya Roh Kudus menerangi hati dan pikiran kami agar dapat menerima dan memahami firmanMu. Dalam Kristus Yesus kami berdoa. Amin. 

 

MENUNJUKKAN KASIH KRISTUS DALAM SALING MEMBANTU, RENDAH HATI, LEMAH LEMBUT DAN SABAR

 

Nas:Efesus 4:2: ”Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu”

 

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, membicarakan tentang panggilan kita sebagai pengikut Yesus Kristus yang sejati tentulah merupakan sebuah kewajiban yang harus kita penuhi sepanjang perjalanan kehidupan kita. Sebagai pengikut Kristus, seluruh aktivitas, pikiran, perkataan dan perbuatan kita hendaknya mencerminkan perilaku yang telah diteladankan serta dikehendaki oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita. Sehubungan dengan topik perilaku para pengikut Kristus, Firman Tuhan hari ini menyapa dan mengingatkan kita tentang pentingnya kehidupan para pengikut Kristus berpadanan dengan panggilan tersebut. Rasul Paulus melalui suratnya kepada jemaat Efesus mengingatkan agar setiap pengikut Kristus menghidupi kehidupannya sepadan dengan teladan yang diterimanya dari Kristus. Keadaan Paulus sedang berada di dalam penjara ketika dia menuliskan suratnya ini, dia dipenjarakan bukan karena suatu tindakan kejahatan namun karena pemberitaan Injil yang tidak disukai para penguasa pada waktu itu. Namun dalam situasi yang tidak kondusif sedemikian itu rasul Paulus mengingatkan betapa pentingnya kehidupan orang percaya menjadi contoh dan teladan yang baik dalam masyarakat di mana dia berada.

Melalui nas renungan ini kita sebagai pengikut Yesus dinasihatkan tentang 2 (dua) perbuatan yang dikehendaki Tuhan. Pertama, hidup dalam kerendahan hati, lemah lembut dan sabar, dalam terjemahan NIV disebutkan: Be completely humble and gentle; be patient. Ketiga kata ini merupakan istilah yang sering kita jumpai dalam pengajaran Tuhan Yesus dan yang diteruskan oleh para rasul, termasuk rasul Paulus. Tentang kerendahan hati, Yesus mengajarkan para muridNya untuk hidup dalam kerendahan hati meneladani Dia yang menunjukkan kerendahan hati, sebagaimana dikatakan dalam Matius 11:29, ”Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”. Sehubungan dengan itu, Paulus dalam salah satu suratnya menasihatkan orang percaya supaya ”... tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Flp 2:3). Sifat dan perilaku kerendahan hati membutuhkan ketulusan hati, komitmen yang kuat dan pengorbanan diri bahkan pengosongan diri untuk tidak mencari kepentingan sendiri, puji-pujian yang kosong melainkan menganggap orang lain lebih utama dari diri kita sendiri. Selanjutnya, sifat lemah lembut. Dalam pengajaranNya yang dikenal sebagai Khotbah di Bukit, Tuhan Yesus menyatakan kebahagiaan orang yang lemah lembut: ”Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi” (Mat 5:5). Sikap lemah lembut sangat dibutuhkan dalam persekutuan sesama orang percaya maupun juga dalam memberitakan Injil kepada orang yang ragu-ragu maupun belum percaya, dalam memberitakan iman dan pengharapan yang ada dalam diri kita yang harus dilakukan dengan lemah lembut dan hormat (1 Ptr 3:15). Perilaku selanjutnya adalah kesabaran, yang dalam bahasa Yunani disebut makrotumias, yang juga dapat berarti ”kelapangan hati”. Kesabaran merupakan salah satu ciri dari perbuatan kasih sebagaimana Paulus mengatakan: ”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong” (1 Kor 13:4). Kesabaran sangat diperlukan di tengah-tengah keadaan zaman kita yang dipenuhi dengan sifat ketergesa-gesaan, serba instan, serba mudah dan cepat; terlebih lagi kesabaran hati sangat dibutuhkan dalam menghadapi berbagai tantangan dan berbagai kesulitan bahkan segala perilaku yang jahat dari orang lain yang ditujukan kepada kita, bisa berupa ejekan, cemoohan, hujatan, fitnahan dan berbagai perilaku yang menyerang diri kita. Sebagai perwujudan tindakan kasih, kesabaran sangat dibutuhkan dalam diri orang percaya di tengah-tengah gemuruh pergolakan di dunia ini.

Nasihat yang kedua, tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Perkataan ini bertujuan menasihatkan setiap orang percaya agar menghidupi perbuatan saling membantu dalam kasih Kristus. Kata ”kasih” dalam ayat ini berasal dari bahasa Yunani agape, yaitu tindakan kasih yang murni, tanpa pamrih, tidak mengharapkan imbalan maupun balas jasa dari orang lain. Demikianlah kasih itu seharusnya menjadi pengendali segenap kehidupan kita, yang terwujud dalam pikiran, perkataan dan segala tindakan nyata kita setiap harinya. Dengan kata lain, tidak ada satupun aktivitas kehidupan kita yang dijalankan tanpa dikendalikan oleh kasih. Perbuatan saling membantu juga merupakan bagian dari memenuhi hukum Kristus, sebagaimana dikatakan: ”Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Gal 6:2). Sudah menjadi identitas para pengikut Yesus untuk hidup saling membantu, bertolong-tolongan, saling memperhatikan satu dengan yang lainnya dalam kasih Kristus. Di tengah-tengah situasi dunia kita dewasa ini yang dipenuhi dengan sifat egoisme, mementingkan diri sendiri, acuh tak acuh atau ketidakpedulian terhadap penderitaan sesama; justeru di situlah pentingnya para pengikut Yesus menunjukkan sikap saling membantu dalam kasih Kristus.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus, apabila ditanyakan kepada kita, sudahkah kita melakukan sifat dan perbuatan rendah hati, lemah lembut, sabar dan saling membantu dalam kasih Kristus? Untuk menjawab pertanyaan ini tentulah dibutuhkan ketulusan hati, tekad atau komitmen yang teguh, kemauan yang kuat dan bahkan menuntut adanya pengorbanan diri. Sapaan Firman Tuhan hari ini dengan jelas menasihatkan bahwa teladan kita dalam melakukan tindakan kasih adalah Tuhan Yesus itu sendiri. Dalam menjalankan misi penyelamatan manusia berdosa, Alkitab mencatat: Tuhan Yesus telah datang ke dunia yang penuh dosa ini, mengosongkan diriNya, menjadi hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (band. Flp 2:7-8). Tuhan Yesus begitu mengasihi umat manusia berdosa dan perwujudan kasihNya itu adalah dengan memberikan nyawaNya sendiri sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah. Teladan pengorbanan Yesus inilah yang menjadi panutan kita sehingga sebagai pengikutNya kita pun haruslah hidup di dalam kasih dan mewujudkan kasih itu dalam perbuatan rendah hati, lemah lembut, sabar dan saling membantu dalam kasih. Masih banyak contoh tindakan kasih yang dapat kita lakukan secara konkrit dalam kehidupan keseharian, dimulai dari lingkungan terkecil: keluarga, tetangga, gereja, masyarakat, negara hingga akhirnya dunia. Perbuatan kasih itu sangat dibutuhkan di tengah-tengah dunia yang cepat berubah oleh karena perkembangan teknologi yang semakin canggih, namun juga banyak ditandai dengan sifat egois, individualisme, permusuhan dan tingkat persaingan yang sangat tinggi. Hanya dengan perbuatan kasih kita dapat menerangi dan menggarami dunia ini agar seturut dengan kehendak Tuhan. Mother Theresa, seorang biarawati dan pejuang kemanusiaan yang mengabdikan sebagian besar hidupnya bagi pelayanan terhadap orang-orang miskin, dengan tepat mengatakan: “Not all of us can do great things. But we can do small things with great love", terjemahan sederhana: “Tidak semua dari kita dapat melakukan hal-hal besar. Tetapi kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan penuh cinta kasih”. Oleh sebab itu, di manapun kita berada, dalam situasi dan kondisi bagaimanapun yang kita hadapi, hendaklah senantiasa bersikap rendah hati, lemah lembut, sabar dan saling menolong dalam kasih, meneladani kasih Kristus, sebagaimana yang Allah kehendaki dalam hidup kita. Amin. 

Doa Penutup: Ya Tuhan Allah Bapa kami, terima kasih atas sapaan firmanMu hari ini, yang telah mengingatkan kami untuk hidup dalam kasih dengan meneladani kasih Yesus Kristus Tuhan kami yang telah datang ke dunia ini menyerahkan hidupNya di kayu salib menjadi tebusan bagi kami orang berdosa. Ajarlah kami senantiasa untuk hidup dalam kasihMu melalui tindakan nyata kami, melalui sifat dan perbuatan yang dipenuhi dengan kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran dan saling menolong di dalam kasih Kristus. Jadikanlah kami sebagai saksi-saksi Kristus yang memberitakan InjilMu melalui sikap dan perilaku kami yang meneladani kasih Kristus dalam setiap langkah perjalanan hidup kami. Dalam Kristus Yesus, Tuhan yang telah mengasihi kami, dengarlah doa permohonan kami. Amin.  



Pdt. Herwin P. Simarmata, M.Th- Kepala Biro Kategorial Ama dan Lansia


Pustaka Digital