Renungan Harian HKBP | 24 April 2023
Doa Pembuka: Mari kita berdoa! Puji syukur kepada-Mu ya Allah Bapa kami yang menyelamatkan kami di dalam Yesus Kristus. Pada hari yang baru ini, Engkau masih memberikan kami napas kehidupan, kesehatan, dan kesempatan menikmati kehidupan. Agar kami beroleh kekuatan dalam menjalani kegiatan/pekerjaan/pelayanan kami sepanjang hari ini, berkatilah pembacaan firman Tuhan yang akan kami renungkan sebentar, biarlah Roh Kudus-Mu bekerja menerangi hati dan pikiran kami semua, baik yang menyampaikan firman-Mu maupun kami semua yang mendengarkan, beroleh kasih karunia melalui firman-Mu yang kudus. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa dan bersyukur. Amin.
Selamat pagi Bapak/Ibu, semangat Hari Senin bagi saudara/saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus. Salam sejahtera bagi kita semua. Ayat yang mendasari Firman Tuhan hari ini sesuai dengan Almanak HKBP, diambil dari Galatia 4:7 “Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah”.
Saudara/i terkasih, apa yang terpikirkan oleh kita ketika mendengar kata “ahli waris” ? Tentu, kita punya banyak penafsiran tentang apa itu “ahli waris”. Bagi saya sendiri, mendengar beberapa kasus di antara keluarga Batak bahwa akhirnya hubungan antara abang dan adik, parhahamaranggion, menjadi rusak karena masalah warisan. Mungkin kita pernah juga mendengar kasus seperti ini di sekitar kita. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa warisan membuat keluarga berjauhan dan bermusuhan? Siapa yang salah? Apakah ini kegagalan orangtua yang terlalu bangga dan fokus menyiapkan warisan tanah dan harta, hingga lupa atau mengesampingkan bahwa warisan yang teramat berharga adalah iman kepada Yesus Kristus Tuhan?
Saudara-saudari terkasih, bersyukurlah bahwa hari ini firman Tuhan sedang mencerahkan dan menguatkan kita bahwa ketika Anda dan saya sungguh-sungguh menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam setiap langkah kehidupan kita, maka kita yang percaya dijadikan Allah menjadi ahli waris seluruh kekayaan surgawi. Mungkin saudara bertanya, apa gunanya kekayaan surgawi bagi kami karena yang kami butuhkan saat ini adalah harta duniawi? Kami butuh harta duniawi untuk makan, minum, membeli pakaian, menyekolahkan anak, menabung, dan sebagainya. Benar. Selagi kita masih hidup di dunia ini, kita memerlukan harta untuk menunjang semuanya itu.
Namun, apabila kita mengesampingkan atau menyepelekan bahwa kita adalah pewaris Kerajaan Sorga, hal ini akan berdampak buruk bagi kita. Sesuai dengan kitab Galatia yang kita baca pada hari ini. Kalau kita lupa bahwa kita adalah Anak Allah, kita akan terjebak pada rutinitas yang mengejar harta duniawi yang pada akhirnya kita tinggalkan juga pada waktu kita mati.
Sejak kita percaya penuh bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat, kita dikarunai oleh Roh Kudus untuk memanggil-Nya, ya Abba, ya Bapa! Artinya sejak saat itu, kita dijadikan ahli waris yang sah atas harta yang tak ternilai mahalnya dibanding seluruh harta dunia yang dapat kita kumpulkan semasa kita hidup. Beberapa di antara harta surgawi itu adalah damai sejahtera penuh, sukacita yang sempurna, dan kehidupan kekal selama-lamanya bersama Allah dan seluruh orang percaya dari segala tempat dan sepanjang zaman. Wow! Dapatkah saudara membayangkan betapa mahalnya harta warisan surgawi yang diberikan kepada kita? Saya berharap saudara dapat membayangkan dan merasakannya dalam kehidupan saudara.
Jikalau demikian, apa relevansinya dengan kehidupan kita di dunia ini? Minimal ada dua. Pertama, seperti Galatia 4:1-6, tidak ada lagi perhambaan kecuali kepada Kristus Tuhan. Jangan lagi kita merendahkan martabat kita sebagai Anak Allah dengan menghambakan diri pada ilah-ilah dunia dan kemilauan harta dunia. Kalau harta atau warisan itu adalah pemberian dari Tuhan maka pastikan bahwa harta atau warisan yang kita terima bukanlah hasil curian, tetapi jerih payah kita yang diberikati oleh Tuhan. Kita tidak boleh mengatakan harta atau warisan sebagai berkat Tuhan apabila harta atau warisan yang kita terima adalah hasil curian. Tuhan tidak memberkati hasil curian, malahan Tuhan mengatakan “Jangan Mencuri” pada Titah Kedelapan.
Relevansi yang kedua adalah bagi para pendengar firman Tuhan saat ini sebagai orangtua, mari persiapkan dan turunkanlah warisan yang paling berharga tadi, yakni iman kepada Kristus Tuhan. Warisan tanah dan harta akan mendatangkan sejahtera bagi seluruh keluarga bila warisan iman lebih dahulu diturunkan. Sebaliknya, warisan tanah dan harta akan mendatangkan keserakahan, pertengkaran, dan permusuhan jika seluruh anggota keluarga tidak menghidupi iman dengan benar. Bahwa melalui Yesus Kristus, kita adalah anak-anak Allah yang diangkat menjadi ahli waris harta surgawi, harta yang teramat mahal dan tak ternilai. Maka harta duniawi tidak boleh membutakan mata hati dan pikiran. Kiranya Yesus Kristus menolong kita sekalian. Amin.
Doa Penutup: Kita berdoa! Allah yang kami kenal di dalam Yesus Kristus. Kami sungguh bersyukur atas firman-Mu yang menegur dan meneguhkan kami bahwa kami adalah anak Allah. Bahwa sebagai anak Allah, kami Engkau wariskan segala kekayaan surgawi yang tak ternilai dibanding harta duniawi yang sementara dan akan kami tinggalkan di dunia ini. Ingatkan kami setiap saat melalui Roh Kudus-Mu, agar jangan harta duniawi membutakan mata hati dan pikiran, sehingga menyebabkan keserakahan, pertengkaran, dan permusuhan di antara kami. Tolong dan mampukan kami melakukan firman-Mu, di dalam nama Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin.
Pdt. Ferdinand Ricardo Hutabarat, S.Si., S.Si (Teol.)- Pendeta Fungsional di Biro Personalia HKBP