Renungan Harian HKBP | 22 Juni 2023

Selamat pagi saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan kita, Yesus Kristus. Kiranya kita semua dalam keadaan sehat dan beroleh kekuatan serta semangat yang baru di pagi hari ini. Sejenak mari kita arahkan hati dan pikiran kita untuk disapa oleh Allah melalui FirmanNya melalui renungan Marturia HKBP. Kita saat teduh sejenak!

Doa Pembuka: Kita berdoa! Segala puji syukur kami naikkan kepadaMu, Tuhan, oleh karena kasih setiaMu menyertai kami hingga pada hari ini. Saat kami bangkit dari tidur kami, Engkau memperlengkapi kami dengan kekuatan yang baru, dengan semangat yang baru, dengan hati yang dilingkupi damai sejahtera sorgawi. FirmanMu yang akan kami dengarkan melalui hambaMu, kiranya semakin menguatkan kami untuk setia berjalan di jalanMu dan hidup seturut dengan kehendakMu. Di dalam Kristus Yesus, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

Firman Tuhan terambil dari kitab Ayub 23:10, demikian dikatakan: “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.” 

Saudara-saudariku di dalam Kristus Yesus. Oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), memberi judul pasal 23 ini yaitu Ayub ingin membela diri di hadapan Allah. Ketika ujian iman yang begitu berat menghampiri kehidupan Ayub, ia kehilangan penghidupannya, kehilangan kesehatannya, kehilangan keluarganya, kehilangan sahabat-sahabatnya, kehilangan semua yang ada pada dirinya. Bahkan bila kita baca di ayat 8-9, Allah tidak dia temukan di arah manapun. Bisakah kita membayangkan beban berat Ayub itu? Kita membayangkan betapa menderitanya Ayub, bahkan betapa putus asanya dia. Rasa kesepian, kesedihan, tangisan, ratapan menemani kesehariannya. Lalu apakah Ayub menjadi kehilangan arah? Putus asa? Putus pengharapan seakan penderitaannya itu adalah akhir kehidupannya, dan kemudian meninggalkan Allah? Ternyata, tidak. 

Nats renungan kita pada pagi ini, memiliki nilai spiritualitas yang sangat unggul. Di tengah situasi kehidupan Ayub yang begitu berat, ia mengatakan dengan penuh iman: “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.” Sebuah pengakuan iman yang dia ungkapkan dengan penuh kesadaran dan yang sangat mengenal dengan baik Allahnya. Bahkan di dalam situasi terburuk dan terpuruk sekali pun Ayub menyaksikan keunggulan imannya bahwa dia akan memenangkan ujian itu, ia akan timbul seperti emas, akan tetap bersinar sebagai anak Allah, akan tetap setia mempercayai Allahnya, dan akan tetap berjalan di jalan yang dikehendaki Tuhannya. 

Benarlah, sebagaimana dikatakan dalam kitab Ayub pasal 1:1, bahwa Ayub adalah orang yang saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Bahkan di ayat berikutnya di ayat 8, Allah mengatakan tak seorang pun di bumi seperti Ayub hambaNya, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. 

Saudara-saudariku yang terkasih di dalam Tuhan kita, Yesus Kristus. Melalui nats renungan kita pada pagi ini, mari kita memaknai nilai spiritualitas dari perjalanan hidup Ayub, hamba Allah, bahwa ketika kita sedang menghadapi berbagai kesulitan atau pergumulan hidup, mungkin masalah di tengah keluarga, masalah di tengah pekerjaan, keadaan keuangan yang tidak stabil, kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup, dan lain sebagainya. Mari kita Imani, bahwa Allah mungkin sedang memakai keadaan itu untuk memurnikan iman kita dan agar kita tidak hanya mengandalkan kekuatan diri kita sendiri, mengandalkan kemampuan kita, dan mengandalkan pikiran kita sendiri. Dan manakala di tengah situasi itu seolah-olah Allah menjauh dan tidak mendengar seruan-seruan kita kepadaNya, ketahuilah, Allah bukannya tidak melihat, tidak mendengar, tidak peduli. Mungkin saja Allah sedang memberi kita ruang, waktu, dan kesempatan untuk mengasah dan mendewasakan iman kita kepadaNya.

Marilah kita meneladani hamba Allah, Ayub, di dalam suka-duka kehidupannya, ia tetap timbul seperti emas. Kiranya kita pun demikian. Kita akan setia mempercayai Allah, kita akan tetap berlaku hidup yang baik dan tidak bercela, dan setia berjalan di jalan yang dikehendaki Allah. Percayalah, sebagaimana telah dialami oleh Ayub upah dari kesetiaannya kepada Allah, kita pun akan menerima limpahan sukacita dari Allah, sumber segala berkat. Amin.

Doa Penutup: Kita berdoa! Terima kasih Tuhan untuk waktu yang Engkau anugerahkan bagi kami dengar-dengaran akan firmanMu. Kami percaya, bahwa dalam semua peristiwa kehidupan kami baik suka dan duka, Tuhan mahamengetahuinya. Biarlah semuanya itu Tuhan pakai untuk kebaikan kami. Untuk semakin memurnikan iman kami kepadaMu. Kami berdoa terkhusus kepada saudara-saudara kami yang pada saat ini dengan mengalami pergumulan berat, apapun itu Tuhan, kami mendoakan mereka kehadapanMu kira Tuhan menguatkan mereka dan menolong, serta percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan setiap orang yang mengandalkanMu dalam kehidupan mereka. Pimpin dan bimbing kami Tuhan dalam seluruh aktivitas kehidupan kami satu hari ini sehingga kami dapat melakukannya dengan baik dan seturut dengan kehendakMu. Di dalam Kristus Yesus, Tuhan kami, terima dan dengarkanlah doa kami ini. Amin.       

Bvr. Risma Sinaga, S.Th., M.Hum (Kepala Biro Kategorial Perempuan HKBP)

Pustaka Digital