Renungan Harian HKBP | 19 Juni 2023
Shalom Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus Yesus, para pendengar renungan Marturia HKBP, dimana pun anda berada semoga dalam keadaan sehat selalu, sebelum kita mendengarkan renungan pada hari Senin ini tanggal 19 Juni 2023, sebagaimana ayat harian almanak HKBP, marilah kita saat teduh sejenak dan berdoa. Kita bersatu dalam doa.
Doa Pembuka: Segala Puji dan syukur kami haturkan ke hadiratMu ya Tuhan, atas cinta kasih dan rahmatMu yang tetap mengiringi kehidupan kami. Pada hari ini Tuhan kami akan mendengarkan firmanMu, yang akan disampaikan oleh hambaMu sebagai bekal rohani kami, agar firman-Mu menerangi setiap pekerjaan dan kehidupan kami, sehingga menjadi berkat bagi banyak orang. Untuk itu Tuhan, persiapkan hati dan pikiran kami sehingga FirmanMu dapat tetap tinggal dan berbuah didalam hati kami. Di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus Tuhan kami, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.
Renungan pada hari ini tertulis dalam Ibrani 9:27-28 demikian bunyinya: Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi. Demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. Demikian Firman Tuhan.
Bapak ibu yang terkasih dalam Kristus Yesus, mungkin kita pernah menjumpai uang di pinggir jalan. Entah uang kecil 5000-an, atau 10.000-an, bahkan 50.000-an. Walaupun uang itu kotor, lusuh, pasti kita ambil bukan? Saya yakin pasti kita semua akan mengambilnya. Mengapa? Karena nilai uang itu membuat dia bernilai, tidak peduli bagaimana pun kondisinya. Nilai demikianlah yang ada pada kita, mengapa Yesus sampai menebus dosa kita semua, bahkan seberat apapun pelanggaran kita, kita tetap berharga dihadapanNya. Seperti apapun rupa kita, kita harus ingat bahwa kita berharga dihadapan Tuhan.
Inilah yang ditekankan penulis Kitab Ibrani ini kepada jemaat Kristen Yahudi Diaspora yang pada waktu itu sedang krisis iman karena berbagai tantangan dan hambatan, untuk mengingatkan mereka kembali apa mereka bahwa kita semua memerlukan keselamatan abadi, tidak ada orang yang dapat melepaskan diri dari dosa. Hal ini jelas dalam seluruh ajaran agama manapun. Dalam aturan ibadah Yahudi pada waktu itu para imam Lewi membawa korban pendamaian berulang kali dan setiap tahun untuk mendamaikan jemaat dengan Allah. Kata berulangkali menunjukkan ketidaksempurnaan dari korban itu sehingga dosa kita tetap tidak hilang. Oleh karenanya Kristus memberikan dirinya menggantikan kita di Salib untuk menebus kita dari dosa. Darah mahal dari orang yang tidak berdosa telah diberikan untuk kita. Walaupun mahal tetapi diberikan dengan gratis kepada kita. Kasih yang gratis ini. Walaupun gratis atau cumacuma tetapi tidak murahan. Atau yang disebut Marthin Luther dengan Sola Gratia atau anugerah.
Itulah mengapa disebut hanya satu kali saja untuk selamanya. Artinya setelah kita menerima anugerah maka kita harus mempertanggungjawabkannya. Pada waktu kedatanganNya kedua kali, atau dalam bahasa lainnya masa penghakiman (ayat 27). Pada masa penghakiman semua orang akan diadili menurut iman dan perbuatannya masing-masing. Tentu bagi orang yang menantinantikan (terjemahan aslinya mencari-cari) Tuhan, hari kedatangan Tuhan kedua kali merupakan waktu sukacita atau yan ditunggu. Tetapi bagi orang yang tidak setia hari itu merupakan ketakutan. Itulah mengapa banyak orang kalau dibahas kematian atau ditanyakan siap mati, bapak/ibu siap mati? Banyak orang tidak siap mengapa? Bahkan orang yang sudah lansia sekalipun. Mereka selalu bilang: “saya merasa masih berdosa”. Namun sebenarnya meraka tidak memakai kesempatan yang ada selama ini. Menunda nunda pertobatan, setiap ada yang mengajak gereja mereka menolak, bahkan pelayanan lainnya atau acara apapun di gereja mereka tidak berminat. Pertanyaannya apakah kita orang yang menjaga keselamatan itu sampai sekarang atau tidak. Silahkan kita renungkan masing-masing.
Seorang teologiawan ternama, Marthin Haidegger mengatakan: kita harusnya takut mati karena jika kita sudah mati maka kita tidak dapat lagi berbuat kebaikan. Dari penjelasan ayat 28 kita menjadi terang bahwa orang yang dihakimi akan pergi ke tempat sesuai perbuatan mereka yaitu disorga dan neraka. Salah satu tokoh yang melihat kematian dengan cara berbeda yaitu Henokh. Dongeng Yahudi yang terkenal tentang Henokh adalah tiga permohonannya yang dikabulkan: 1. Apakah ia boleh mati dan hidup kembali supaya ia mengetahui apa mati itu sebenarnya? 2. Apakah ia boleh melihat tempat orang Jahat yang sudah mati, supaya ia mengetahui hukuman atas orang-orang jahat? 3. Apakah ia boleh melihat tempat orang-orang benar yang diberkati di Firdaus? Konon ketiga permintaan itu dikabulkan tetapi pada permohonan yang ketiga setelah Henokh pergi ke Firdaus/Surga, dia tidak muncul lagi. Melalui iman kita meyakini bahwa Henokh diangkat langsung oleh Allah tanpa kematian secara daging karena hubungannya yang begitu dekat dengan Allah. Namun yang ingin saya sampaikan adalah pandangan Henokh tentang kematian bawah kematian justru membawanya lebih dekat dengan Tuhan. Kematian bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Selama kita hidup didunia ini bersama Kristus maka seandainya kematian itu tiba dan penghakiman atas kita turun maka yakinlah kita aka berada bersama dengan Dia untuk selamalamanya di Surga. Untuk itu hiduplah dalam persekutuan yang benar dengan Allah. Kita tidak perlu lagi takut melakukan kebenaran bahkan sampai mati martir. Karena sekarang kita tahu bahwa kesetiaan kita tidak akan sia-sia. Semuanya itu akan diperhitungkan oleh Tuhan. Selamat mempertanggungjawabkan keselamatan yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita setiap hari. Amin.
Doa Penutup: Bapa di dalam sorga, terima kasih untuk firman-Mu yang sudah kami dengarkan, melalui hambaMu. Untuk itu Tuhan ajari kami untuk tetap setia dalam segala pasang surut kehiudpan kami. Tuhan tidak lupa kami berdoa untuk seluruh jemaat Kristen juga jemaat HKBP dimanapun dalam situasi apapun, Tuhan kiranya memberikan kekuatan, kesehatan, rejeki, pekerjaan bagi yang belum dapat kerja. Pasangan bagi yang merindukan berumah tangga. Anak bagi yang merindukan anak, juga anak-anak kami yang sedang ujian agar mereka boleh masuk ke sekolah sekolah yang terbaik. Kami juga memohon Tuhan untuk seluruh hambaMu yang terus menyampaikan FirmanMu, pendeta, guru huria, diakones, bibelvrow, evangelis, juga sintua berikanlah kesehatan dan segala kerinduan mereka agar dapat terus menyampaikan firmanMu kapanpun dan dimanapun. Didalam nama Tuhan Yesus Kristus kami sudah berdoa dan mengucap syukur.
Kasih Karunia dari Tuhan kita Yesus Kristus dan Cinta kasih dari Allah Bapa dan persekutuan dengan roh Kudus kiranya menyertai saudara/i sekalian hari sampai selama-lamanya. Amin.
Pdt. Mikha Uli Simanungkalit S.Si Teol – Staf Biro Urusan Dana Pensiun HKBP