Renungan Harian HKBP | 14 Oktober 2023
Doa Pembuka: Puji dan syukur kami naikkan ke hadiratMu ya Tuhan Allah buat penyertaan dan perlindunganMu bagi kami dari malam hingga pagi hari ini. Sejenak kami akan mendengarkan firmanMu, kiranya Roh Kudus menuntun hati dan pikiran kami agar dapat menerima dan memahami firmanMu. Dalam Kristus Yesus kami berdoa. Amin.
”CURAHKANLAH ISI HATIMU KEPADA ALLAH, SEBAB DIALAH TEMPAT PERLINDUNGAN KITA”
Nas: Mazmur 62:9
”Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. Sela”
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Pengakuan tentang penyertaan dan perlindungan Tuhan dalam perjalanan sejarah kehidupan orang percaya selalu menjadi pokok perenungan teologis yang relevan dan aktual sepanjang zaman. Mazmur 62:9 ini merupakan bagian dari mazmur yang diungkapkan oleh Daud sebagai refleksi pengalaman imannya tentang penyertaan dan perlindungan Tuhan dalam perjalanan hidupnya, terutama ketika menghadapi kesusahan, kesukaran dan marabahaya yang mengancam kelangsungan hidupnya. Dalam Mazmur 62 ini kita menyaksikan pengakuan dan keteguhan iman pemazmur pada kekuatan kuasa Allah, dalam ayat 6 dikatakan: ”Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku”. Pengharapan Daud sang pemazmur disandarkan pada Allah saja yang memberikan ketenteraman dan ketenangan terutama ketika menghadapi gemuruh gelombang pencobaan dan mara bahaya, sebab hanya Allah ”gunung batu”, ”keselamatan” dan ”kota benteng” yang memberikan keamanan dan keteguhan hati bagi setiap orang yang bersandar pada kuasaNya yang dahsyat itu. Setelah menguraikan keteguhan imannya itu maka pemazmur menarik kesimpulan, sebagaimana nas renungan kita hari ini, dengan berkata: ”Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita”.
Ketika kita mencermati dan merenungkan perjalanan kehidupan kita selama di dunia ini maka sekaligus pada saat itu juga kita mensyukuri segala bentuk berkat dan penyertaan Tuhan yang senantiasa menyertai perjalanan hidup kita. Dari segenap perjalanan kehidupan itu kita dapat menyaksikan kuasa penyertaan Tuhan itulah yang memampukan kita dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi. Oleh sebab itu dalam terang renungan dari Mazmur 62:9 ini kita dapat memetik 2 (dua) pengajaran bagi hidup kerohanian kita, yaitu: pertama; dengan penuh iman, menyampaikan permohonan kepada Allah di setiap waktu. Sebagai orang percaya, doa menjadi titik sentral pertumbuhan iman dan spiritualitas kita. Doa merupakan sarana berkomunikasi dengan Allah dimana kita dapat mencurahkan isi hati dan segenap pergumulan kehidupan kita kepada Allah yang mampu menyelamatkan kita dari segala kesukaran, cobaan dan marabahaya. Kita acapkali mencurahkan isi hati kita kepada orang-orang terdekat, misalnya kepada pasangan, orangtua, sahabat karib, ataupun – dengan meminjam istilah kekinian – kepada bestie kita. Namun, seberapa seringkah kita mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan? Oleh karena kesibukan dan rutinitas hidup sehari-hari terutama dengan dinamika kehidupan yang luar biasa ritmenya acapkali membuat kita melupakan kehidupan doa. Sejenak kita merenungkan, dalam satu hari satu malam Tuhan menganugerahkan kehidupan kepada kita yang menurut ukuran waktu sebanyak 24 jam, dimana satu jam terdiri dari 60 menit dan 3.600 detik. Pertanyaan yang menjadi perenungan bagi kita, adalah berapa lama kita memberikan waktu untuk berdoa, mencurahkan isi hati kita kepada Allah dalam satu hari itu? Dalam rentang waktu perjalanan kehidupan kita, pernahkah kita membuat catatan apa-apa saja permohonan doa kita yang dijawab atau dikabulkan Tuhan dan ada berapa permohonan yang belum terjawab? Pertanyaan ini hendaklah menjadi perenungan pribadi kita masing-masing.
Mengenai kehidupan doa, mencurahkan isi hati kita di hadapan Allah Mahapemurah, Frank Mihalic, SVD, seorang penulis Kristen, dalam bukunya berjudul ”1500 Cerita Bermakna”, menuliskan sebuah kisah tentang doa seorang anak kecil. Beppo Sala adalah seorang anak laki-laki berusia delapan tahun yang tinggal di Italia. Orangtuanya miskin dan harus memberi makan enam orang anak. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil dan anak-anak tidur saling berhimpitan. Suatu hari, Beppo mendengar ibunya berkata bahwa ia akan memiliki bayi lagi. Hal ini menggelisahkan Beppo. Di mana bayi itu hendak tidur? Tak ada satu ruangan pun tersisa di rumah ini. Tak lama setelah itu, Beppo pergi ke sekolah. Di jalan ia melihat seorang penjual balon-balon merah. Dia membeli balon itu dan pergi ke luar kota ke atas sebuah bukit kecil. Beppo mengambil kertas dan pulpen lalu menulis sepucuk surat kepada Tuhan, ”Allah Bapa yang terkasih! Dalam beberapa minggu lagi keluarga kami akan memiliki seorang bayi lagi. Kami sudah berjumlah enam orang anak dan hanya memiliki sebuah rumah yang kecil. Tuhan, bantulah kami untuk bisa mendapatkan beberapa selimut untuk bayi yang baru itu dan sesuatu untuk bahan kasur. Semuanya itu bisa berupa barang bekas. Saya tinggal di Arcorle. Hormat saya: Beppo Sala”. Kemudian Beppo melipat suratnya, mengikatnya ke tali balon dan melepaskan balon tersebut ke udara hingga tak tampak lagi. Hari-hari berikutnya ia menunggu jawaban atas suratnya itu, namun tak ada sesuatu pun yang terjadi. Pada hari keempat, seorang pembawa surat datang dengan membawa bungkusan besar yang ditujukan kepada Beppo. Ayahnya sempat berdebat dengan pembawa paket, karena merasa tak pernah membeli barang sebesar itu. ”Tapi saya tidak bisa mengembalikannya, sebab tak tertulis alamat pengirimnya pada bungkusan ini”, kata si pembawa paket. Kemudian Beppo menyela dan berkata, ”Lebih baik kita buka bungkusannya untuk melihat apakah isinya untuk kita atau bukan.” Maka mereka membukanya dan ternyata penuh dengan pakaian bayi bekas namun masih bagus dan bersih. Ini suatu mujizat. Dengan demikian, mereka tidak dapat mengirim kembali bungkusan itu. Si pengantar paket pergi dengan lega. Beppo segera berlari menuju puncak bukit kecil, memandang ke arah langit dan berterima kasih kepada Allah.
Inilah sebenarnya yang dilakukan Allah: ada seorang pria tua sedang berjalan-jalan dan melihat balon yang kempes terletak di sisi jalan dan terdapat catatan yang terikat pada balon itu. Dia memungut catatan itu dan membacanya. Semula dia mau membuang catatan itu namun dorongan hatinya dia memutuskan, “saya dan hanya saya yang telah dipilih untuk memerankan Allah dalam kehidupan Beppo ini.” Jadi dia melakukan apa yang diminta oleh catatan kecil itu dan mengirimkan bungkusan tanpa alamat pengirim. Demikian kisah sederhana tentang doa. Di akhir kisah itu, Frank Mihalic membubuhkan kesimpulan: ”Allah memiliki berbagai cara untuk menjawab sebuah doa”. Dari kisah tadi kita diajarkan tentang pentingnya sebuah doa sebagai sebuah tindakan mencurahkan isi hati kita di hadapan Allah, apapun persoalan, tantangan, kegelisahan maupun segenap pergumulan kehidupan kita. Tuhan senantiasa memiliki berbagai cara untuk menjawab doa-doa kita, sesuai dengan kehendakNya yang agung dan mulia.
Pelajaran kedua, Allah adalah tempat perlindungan kita. Dengan lugas pemazmur memberikan pengakuan tentang Allah sebagai tempat perlindungan bagi setiap orang yang percaya dan bersandar pada kuasaNya yang dahsyat dan ajaib. Sama seperti pemazmur, berbagai pengalaman hidup yang telah kita lewati telah mengajarkan kita tentang pertolongan Allah yang memberikan keselamatan kepada kita, dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit, dalam keadaan keberuntungan maupun kerugian, segala situasi dan kondisi itu dapat kita lewati hanya oleh karena kasih setia Tuhan yang menyelamatkan kita. Benarlah yang dikatakan pemazmur dalam ayat sebelumnya, ayat 8: Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. Setiap orang yang percaya dan bersandar pada kuasa Allah akan beroleh kekuatan, keselamatan dan ketenteraman yang besar, sebab Allah adalah tempat perlindungan yang kekal selama-lamanya.
Ibu, Bapak, Saudara-saudari para pembaca dan pendengar aplikasi Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita telah menyaksikan dan merasakan tindakan Allah yang memberkati segenap kehidupan kita dan memberikan keselamatan kepada dunia ini melalui pengorbanan Yesus Kristus, Juruselamat dunia. Dengan demikian sudah selayaknya kita senantiasa berharap, bersandar dan mempercayai kuasa Allah dengan sepenuh hati dan di segenap waktu perjalanan kehidupan kita. Jangan pernah ragu dan bimbang untuk mencurahkan segenap isi hati kita kepada Allah, sebab apapun bentuk kekuatiran dan pergumulan hidup kita dapat kita curahkan di hadapan Allah dan selanjutnya Dia akan menjawab segala doa kita seturut kehendakNya. Percayalah kepada Allah dengan sepenuh hati, sebab Dialah tempat perlindungan kita. Amin.
Doa Penutup: Ya Tuhan Allah Bapa kami, terima kasih atas sapaan firmanMu pada hari ini, yang telah mengingatkan kami tentang penyertaan dan perlindunganMu yang kekal terhadap anak-anakMu yang senantiasa berharap dan mempercayai kuasaMu. Ajarlah kami ya Tuhan agar senantiasa mencurahkan isi hati kami kepadaMu, baik dalam suka maupun duka, terlebih ketika kami menghadapi berbagai kesukaran, persoalan dan berbagai pergumulan dalam kehidupan kami. Bimbing dan teguhkanlah iman kami untuk mempercayai kuasaMu yang dahsyat dan ajaib, sebab Engkaulah gunung batu kekuatan dan tempat perlindungan yang kokoh dan kekal untuk selama-lamanya. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, dengarlah doa permohonan kami. Amin.
Pdt. Herwin P. Simarmata, M.Th- Kepala Biro Kategorial Ama dan Lansia- Kantor Pusat HKBP, Pearaja-Tarutung