Renungan Harian HKBP | 13 Mei 2023
Selamat pagi bapak/ibu dan saudara-saudari yang di kasihi oleh Yesus Kristus. Shalom. Semoga kita semua dalam kondisi yang baik. Pagi hari ini, Sabtu, 13 Mei 2023, kita berjumpa kembali dalam Renungan Harian dari Departemen Marturia HKBP. Bersama kita akan merenungkan FirmanNya yang hari ini diambil dari 1 Korintus 1:27. Saya mengundang kita untuk terlebih dahulu bersaat teduh.
Saat Teduh …
Doa Pembuka: Allah Sang Sumber Kasih, kami bersyukur untuk hari baru yang Engkau anugerahkan untuk kami pada saat ini. Kami bersyukur bahwa pada titik ini, kami masih diberi banyak kesempatan untuk berkarya di tengah dunia ini. Kami masih diberi kesempatan untuk menjadi berkat bagi sesama manusia, dan ciptaanMu yang lain. Pada pagi ini, kami ingin mendengarkan sebagian dari firmanMu. Sertai dan baharuilah hati kami agar melalui perenungan kami pagi ini, kami beroleh bekal untuk menyelesaikan berbagai tugas dan tanggung jawab kami masing-masing. Di dalam Kristus Sang Sumber Hikmat dan Kebijaksanaan, kami berdoa. Amin.
Pembacaan Nats: 1 Korintus 1:27 “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.”
Dalam berbagai kesempatan membawakan renungan, setidaknya ada dua hal yang selalu saya tekankan ketika berbicara soal inti dari ajaran Allah yang perlu kita ingat bila ingin mengikutNya. Hal yang pertama adalah mau belajar – bahkan dari makhluk yang kita anggap tidak terlalu penting sekalipun. Kedua, jangan jadikan logika berpikir kita sebagai patokan cara Allah bekerja. Untuk hal yang pertama, saya selalu menjadikan Amsal 20:6 sebagai rujukannya “hai Pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.” Sedangkan untuk hal kedua, salah satu ayat yang bisa menjadi rujukan adalah ayat bacaan kita hari ini, 1 Korintus 1:27. Mari kita mulai berbicara lebih jauh tentang bacaan hari ini.
Sesuai dengan judul surat ini, bacaan kita memang ditujukan pada jemaat Korintus, kota yang saat itu berada dalam wilayah kekuasaan Yunani. Beberapa tulisan mengindikasikan bahwa kota kuno ini merupakan salah satu kota yang cukup pesat perkembangannya. Sayangnya, kondisi ini yang membuat kesombongan, baik secara materi dan intelektual, menjadi masalah utama yang dihadapi jemaat Korintus pada saat itu. Lebih parahnya, perilaku amoral juga merupakan salah satu permasalahan serius di Korintus pada saat itu.
Nah, setelah berbicara secara singkat tentang konteks jemaat Korintus pada saat itu, mari kita masuk ke bacaan hari ini. Jelas sekali tendensi yang ingin disampaikan oleh Allah lewat Paulus pada saat itu adalah agar jemaat Korintus tetap rendah hati agar tidak dipermalukan oleh Allah lewat cara yang tidak terduga. Mungkin, sebagian orang akan menduga bahwa cara mempermalukan seseorang yang secara intelektual pintar adalah dengan menghadirkan orang yang lebih pintar untuk mengatakan bahwa “anda tidak sepintar itu.” Sayangnya, cara kerja Tuhan tidak selalu linear dengan cara berpikir kita. Melalui bacaan ini kita disadarkan bahwa bila Allah ingin mempermalukan mereka yang tinggi hati karena merasa pintar, Allah akan menggunakan orang yang kita anggap bodoh untuk melakukannya. Tentu saja hal ini akan membawa rasa malu yang lebih parah lagi karena justru orang yang secara intelektual di bawah kita yang mempermalukan kita.
Menjadi tetap rendah hati inilah yang sedang diingatkan oleh Rasul Paulus mengingat memang kesalahan komunal yang jamak ditemukan pada saat itu adalah ketamakan intelektual. Perlu digarisbawahi juga bahwa ini bukanlah sebuah larangan untuk berkembang. Yang ditentang Allah adalah kesombongan bukan kepintaran karena kesombonganlah yang akan menjadi awal mula perpecahan sebuah jemaat atau komunitas.
Renungan: Bacaan hari ini mengingatkan kita untuk tetap menapak meski akan ada banyak hal yang kita raih dalam hidup ini – karena memang demikianlah hakikatnya anak-anak Allah, menjadi berkat untuk dunia melalui karya tangan kita. Dan sekali lagi, kita perlu ingat bahwa logika bekerja Allah tidak selalu linear dengan logika manusia. Artinya, Allah bisa saja memberikan pelajaran kepada kita dengan cara yang tidak kita duga dan akan berdampak lebih parah dari yang kita duga.
Semoga kita bisa terus rendah hati ketika sudah meraih banyak hal. Semoga kita bisa terus menjadi cerminan anak-anak Allah yang baik ketika dunia mengajak kita untuk melupakanNya. Kiranya Tuhan terus menyertai kita. Amin.
Doa Penutup: Kami bersyukur karena firmanMu telah mengingatkan kami untuk tetap rendah hati meski kami sudah mencapai banyak hal baik selama hidup kami. Ajarlah kami juga untuk bisa selalu menjadi faktor pembeda yang baik dimanapun Engkau tempatkan kami. Hadirlah selalu dalam setiap langkah kami. Di dalam Kristus Yesus kami berdoa, Amin.
Anugerah dari Tuhan kita Yesus Kristus, Kasih setia dari Allah Bapa, serta Persekutuan dari Roh Kudus, kiranya menyertai kita. Amin.
Cal. Pdt. Mikhael Sihotang, M.A- Staf Kantor Departemen Koinonia HKBP