Renungan Harian HKBP | 12 Maret 2023
95:1 Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. 95:2 Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. 95:3 Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. 95:4 Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunung pun kepunyaan-Nya. 95:5 Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya. 95:6 Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. 95:7 Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! 95:8 Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, 95:9 pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku. 95:10 Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: "Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku." 95:11 Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: "Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku."
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Penyembahan merupakan salah satu aspek penting dalam hidup spiritualitas orang percaya, bahkan boleh dikatakan aspek utama dan sangat vital. Mengapa? Karena dalam penyembahan kepada Allah, Roh Kudus bekerja, menerangi dan menggerakkan roh kita untuk bersaksi, memuji, berdoa dan menyembah Allah (band. Rm 8:16, 26) dan tanpa adanya penyembahan itu maka kehidupan rohani kita akan kering, layu, tak dapat bertumbuh dan bahkan akhirnya mengalami kematian rohani. Melalui hidup ibadah, roh kita terhubung kepada Allah melalui kuasa RohNya dan itulah menggerakkan hati, pikiran dan seluruh hidup kita untuk memuji dan memuliakan Allah.
Nas Mazmur 95:1-11 ini pemazmur menggambarkan hidup peribadahan umat Allah yang sungguh-sungguh menyembah Allah dalam baitNya yang kudus. Dalam perikop ini kita memperoleh 2 (dua) pengajaran yang sangat berharga. Pertama, ajakan untuk beribadah kepada Tuhan dengan sepenuh hati. Pemazmur mengajak seluruh umat Tuhan untuk beribadah kepada Tuhan dengan sepenuh hati, bersungguh-sungguh. Beberapa ekspresi umat dalam beribadah jelas digambarkan dalam perikop ini: ”bersorak-sorai untuk Tuhan, ”bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita”, ”menghadap wajahNya dengan nyanyian syukur”, ”bersorak-sorai bagiNya dengan nyanyian mazmur” (ay. 1-2). Berbagai ekspresi dan perbuatan tersebut menggambarkan kesungguhan hati umat Allah dalam menyembah dan memuji Tuhan Allah. Selanjutnya, apakah yang melatarbelakangi atau memotivasi umat Allah untuk memuji dan menyembah Allah? Jawaban pertanyaan ini kita temukan dalam ayat 3: Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. Artinya, kuasa Tuhan yang besar, yang memenuhi langit dan bumi, juga mengatasi segala allah atau ilah-ilah yang ada di dunia ini; sungguh tiada tandinganNya ataupun yang menyamai kuasaNya yang ajaib. Umat Allah telah menyaksikan dan merasakan kuasa Allah yang ajaib itu, yang telah memimpin, membimbing, mengarahkan dan mengendalikan seluruh perjalanan umat sehingga umat patut memuji dan menyembahNya. Dalam ayat 6 pemazmur mengajak seluruh umat Allah, di masa lampau juga termasuk di masa kini dan masa depan: ”Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita”. Ajakan ini sekaligus merupakan kesaksian hidup orang percaya yang menyaksikan kemahakuasaan dan keagungan Tuhan yang ditunjukkan melalui ciptaanNya dan seluruh karya penyertaan Allah dalam kehidupan umatNya.
Kedua, karya penyertaan Tuhan dalam sejarah perjalanan kehidupan umatNya. Dalam ayat 8-9 diuraikan kembali sebuah episode dalam perjalanan umat Allah di padang gurun, usai peristiwa keluaran dari perbudakan Mesir (band. Kel 17:1-7). Pada saat itu umat Allah bersungut-sungut dan marah terhadap Musa, yang memimpin umat itu. Ketika berkemah di Rafidim, tidak air untuk diminum bangsa itu. Dalam sungut-sungutnya terhadap Musa, mereka berkata, ”Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” Lalu atas petunjuk Tuhan, Musa membawa beberapa orang dari tua-tua Israel dan memukul gunung batu di Horeb, kemudian dari dalamnya keluar air sehingga bangsa itu dapat minum. Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: ”Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?” Peristiwa yang terjadi di Masa dan Meriba tersebut digemakan kembali oleh pemazmur dan menjadi peringatan kepada umat Allah di segala zaman agar tidak mengulangi perbuatan yang sama, agar jangan sekali-kali mencobai dan menguji Allah; sebab kuasa Allah jauh melampaui segala kuasa apapun yang ada di dunia ini. Dengan tegas, pemazmur, setelah berkaca dari peristiwa sejarah yang terjadi di Masa dan Meriba, memberikan peringatan yang tegas: ”Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!” (band. Ibr 3:15, 4:7). Artinya, peristiwa yang terjadi dalam sejarah umat Israel ini juga menjadi sebuah pelajaran penting bagi setiap orang percaya agar senantiasa percaya pada kuasa Allah dan bertekun dalam beribadah, sujud menyembah Allah dengan sepenuh hati, menjauhkan diri dari sikap bersungut-sungut, mencobai Allah maupun tindakan kemunafikan di hadapan Allah.
Saudara-saudari para pembaca dan pendengar aplikasi Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Sebagai para pengikut Kristus yang hidup di era digital dan internetisasi segala hal pada masa kini, bagaimanakah kehidupan spiritualitas kita? Dalam geliat kehidupan yang terus berkejar-kejaran dengan waktu dan di tengah gemuruh perkembangan teknologi yang datang silih berganti sekarang ini, apakah orang percaya masih setia beribadah, menyembah Tuhan dengan sepenuh hati? Hal ini tetap menjadi sebuah pertanyaan yang mendasar dan relevan saat ini. Mengapa? Di tengah perkembangan zaman ini ditemukan kecenderungan manusia yang hanya mengandalkan rasio dan logika berpikir manusiawi. Banyak orang yang kehilangan imannya, tidak percaya lagi pada kuasa Tuhan. Berangkat dari realitas itu, khotbah ini mengingatkan dan mengajak kita orang percaya agar setia beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati. Ibadah yang dilakukan dengan sepenuh hati, penuh ucapan syukur dan puji-pujian kepada Allah akan membentuk hidup kerohanian atau spiritualitas yang tangguh, kuat dan tahan uji terhadap berbagai cobaan, godaan maupun tantangan yang kita hadapi di dunia ini. Kita selaku orang percaya, dengan denominasi gereja yang beraneka, memiliki berbagai urutan tata ibadah, formulasi ibadah dan ekspresi ibadah yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Namun esensi dari ibadah yang beraneka bentuk dan ekspresi itu mengingatkan kita tentang pentingnya keterhubungan kita dengan Tuhan Allah melalui hidup ibadah. Sehubungan dengan itu, penulis kitab Ibrani mengingatkan, ”Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibr 10:25). Marilah kita menyembah Allah dengan sepenuh hati, agar kita memiliki hidup spiritualitas yang tangguh, kuat dan tahan uji terhadap berbagai godaan zaman yang sangat cepat berubah ini. Dengan demikian iman kita juga semakin bertumbuh ke arah kedewasaan penuh seturut dengan kehendak Allah di dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Amin.
Doa Penutup: Ya Tuhan Allah Bapa kami, terima kasih atas sapaan firmanMu pada hari Minggu ini, yang telah mengingatkan kami untuk berkomitmen dan setia dalam hidup spiritualitas kami, melalui ibadah dan penyembahan kepadaMu dengan sepenuh hati juga di dalam roh dan kebenaran. Ajar dan ingatkanlah kami melalui kuasa Roh Kudus agar hidup kami senantiasa beribadah dan sujud menyembah Engkau, Tuhan Allah kami, Allah yang Besar dan mengatasi segala kuasa yang yang ada di dunia ini. Roh KudusMu juga membimbing dan mengarahkan hidup kami agar senantiasa bersyukur dan tidak mengeraskan hati kami melainkan dengan hati yang lembut, beriman dengan sungguh-sungguh meyakini kuasa penyertaan dan pemeliharaanMu sepanjang perjalanan kehidupan kami di dunia ini. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, dengarlah doa permohonan kami. Amin.
Pdt. Herwin Simarmata, M.Th (Kepala Biro Kategorial Ama - Lansia HKBP)