Renungan Harian HKBP | 10 Mei 2023
Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, sebelum kita memulai aktivitas kita pagi ini, marilah kita mendengar Firman Tuhan yang menjadi kekuatan dan penghiburan yang menyemangati kita. Untuk itu marilah kita berdoa!
Doa Pembuka: Bapa di sorga, kembali kami menghadapMu, mengucap syukur atas hari yang baru serta atas napas kehidupan yang boleh kami terima di pagi hari ini. Terimakasih, karena kami telah diberikan istirahat tidur yang cukup, yang tentunya berguna bagi jiwa raga kami.
Ya Allah Bapa, hari ini, kami akan menjalani aktivitas dengan penuh sukacitaMu, dalam kebenaranMu dan dalam kekuatanMu, karena kami tahu bahwa setiap hari baru adalah bukti kasihMu atas diri kami. FirmanMu yang akan kami dengar, kiranya menyemangati kami untuk melakukan tugas dan tanggungjawab kami sepanjang hari ini. Inilah doa yang kami hantarkan kepadaMu, di dalam Yesus Kristus Tuhan dan Juru selamat kami. Amin.
Nats Renungan: Roma 12 : 20 “Tetapi jika seterumu lapar, berilah dia makan. Jika ia haus, berilah dia minum. Dengan berbuat demikian, kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya”
Salah satu perintah Yesus yang paling ekstrim dan sulit untuk kita lakukan, adalah perintah untuk mengasihi musuh. Namanya saja musuh, tentu dia adalah orang yang harus kita lawan, kita benci, kalau perlu kita basmi. Namun inilah yang Yesus perintahkan untuk tetap mengasihi dan mendoakan musuh kita. Pada hal, Yesus pastilah tahu bahwa dunia dimana kita hidup, adalah dunia yang diwarnai oleh permusuhan dan kebencian.
Perintah yang sama, muncul dalam kitab Roma, khususnya yang menjadi renungan buat kita hari ini, perintah untuk melakukan perbuatan yang baik kepada sesama, secara khusus kepada musuh. Kita diperintahkan untuk tidak menuntut pembalasan, kita dapat mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.
Dan disini Paulus memberi kiat kepada kita, kalau seterumu lapar berilah ia makan, kalau dia haus berilah dia minum. Jadi cara membalas kejahatan justru dengan kebaikan, sebab dengan berbuat demikian, kita telah menumpukkan bara api diatas kepalanya.
Saudara/I, bagi pendengar surat Roma, perkataan ‘menimbun bara api di atas kepala seseorang’ pastilah merupakan ungkapan yang sangat umum dikenal oleh para pendengarnya. Karena bara api yang panas di atas kepala seseorang untuk menunjukkan kesadaran dan sikapnya yang memalukan, sekaligus bertobat dan akhirnya mau memperbaiki diri. Artinya, dengan bara api di atas kepala, adalah merupakan bukti yang dilihat dari luar bahwa sebuah pertobatan telah terjadi.
Maka menurut Paulus, dengan cara ‘memberi makan dan memberi minum’ musuh, maka tindakan tersebut dikatakan bahwa orang tersebut sedang menunjukkan keramahan dan kebaikan. Dan dengan kebaikan yang ditunjukkan, maka ada kemungkinan musuh justru bertobat dari tindakannya yang memusuhi. Maka tidak perlu membalas perbuatan jahat musuh dengan perbuatan jahat, atau yang lebih jahat lainnya, supaya musuh tersebut sadar. Justru dengan membalas melalui perbuatan baik, hal itu memungkinkan musuh menyadari kesalahannya.
Nah..sekarang yang menjadi pertanyaan kita, bagaimana kita dapat mengasihi musuh kita ? Bagaimana caranya ? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Yang pertama, belajarlah untuk mengampuni, karena hanya kalau kita dapat mengampuni maka kita dapat mengasihi. Sering kita bertanya, kenapa saya harus mengampuni, pada hal dia yang bersalah. Justru karena dia bersalah maka perlu diampuni, kalau tidak bersalah maka tidak butuh pengampunan.
Yang kedua, berusahalah untuk mengingat kebaikan musuhmu. Karena perlu kita sadari, di dunia ini tidak ada orang yang 100% benar dan 100% salah. Sebaik-baiknya orang, pasti ada jahatnya, dan sejahat-jahatnya orang pasti ada baiknya. Tugas kita adalah memikirkan kebaikan-kebaikan orang lain, dan menyadari bahwa diri kita tidak luput dari banyak kesalahan. Dan yang ketiga, tetaplah pelihara prinsip bagaimana untuk memelihara persahabatan dan mengembalikan persahabatan.
Dan mengapa Yesus menganggap mengasihi musuh itu begitu penting ? Sebab membalas kebencian dengan kebencian hanya melipatgandakan kebencian. Gelap hanya dapat diusir dengan terang. Kebencian pun hanya dapat diusir dengan kasih, bukan kebencian. Tidak hanya itu saja, kebencian hanya menyiksa diri sendiri dan menghancurkan orang lain. Hidup yang dikuasai oleh kebencian, dendam, kedengkian, akan membuat hidup tidak tenang. Ia akan merusak hidup kita sendiri. Jadi kalau kita ingin bebas dari situ, maka kasihi dan ampunilah musuhmu.
Saudara/I, nasehat Paulus ini bukan hanya untuk jemaat Roma pada saat itu, tetapi juga untuk kita sekalian. Sudahkah kita memiliki dan memberikan hidup yang bermakna kepada orang-orang disekelilingi kita dengan terus mengupayakan yang terbaik untuk sesama kita. Amin
Doa Penutup: Kita berdoa! Terima kasih Tuhan atas firmanMu yang sudah sampai kepada kami. Kiranya Tuhan memberkati dan memampukan kami untuk melakukannya. Kami yakin dan percaya, Engkau senantiasa mendampingi kami di sepanjang hari ini, agar apa yang kami kerjakan, apa yang kami ucapkan adalah kebenaran yang semuanya bersumber daripadaMu. Pakai kami menjadi berkat bagi sesama kami, mewartakan kabar sukacita. Inilah doa syukur kami di pagi hari ini, di dalam nama Yesus Tuhan dan Juru selamat kami. Amin.
Pdt. Rostetty Lumbantobing, S.Th- Kepala Biro Ibadah Musik HKBP