Yubileum 100 Tahun Rumah Sakit Umum HKBP Balige
Ephorus: “Mangulon Satongkin, Asa Manaili tu Pudi, Dungi Mangaranap tu Jolo”
Bertempat di halaman gereja HKBP Ressort Balige, berlangsung ibadah Yubileum 100 Tahun Rumah Sakit HKBP Balige pada Minggu (5/8). Ephorus Pdt Dr Darwin Lumbantobing di awal khotbahnya mengatakan, momen peringatan Yubileum 100 Rumah Sakit Umum HKBP Balige adalah saat untuk mensyukuri berkat dan pertolongan Tuhan kepada orang Batak melalui pelayanan kesehatan. Tuhan turun tangan melalui para misionar menanggulangi permasalahan wabah epidemi, yaitu penyakit disentri yang menyerang Tapanuli, sekitar tahun 1909. Misionar meminumkan air garam atau istilah kesehatan sekarang disebut dengan Oralite, dan penyakit tersebut bisa sembuh.
Momen ini juga menjadi waktu berhenti sejenak, melihat ke belakang sesaat untuk mengingat apa yang telah Tuhan lakukan, untuk selanjutnya melangkah bersama dengan pasti ke depan. “Mangulon satongkin asa manaili tu pudi, dungi mangaranap tu jolo”, kata Ephorus.
Ibarat orang yang sedang berjalan, di tengah perjalanan berhenti sejenak untuk merenung melihat ke belakang, jalan mana yang sudah dilalui, di mana jalan yang menanjak, jalan yang menurun serta jalan yang berliku dapat dilalui atas pertolongan Tuhan.
Ketika hendak melanjutkan perjalanan, kita beroleh keyakinan yang pasti bahwa Tuhan senantiasa menyertai. Lebih lanjut Ephorus menerangkan, pada masa misionar, pelayanan rohani dan pelayanan jasmani sama-sama dilakukan. Istilah saat ini sering disebut dengan pelayanan yang holistik.
Kehidupan misionar dahulu rela meninggalkan benua, kampung halaman dan sanak saudaranya menyeberangi samudera datang ke tanah Batak untuk melaksanakan perintah Tuhan memberitakan Injil supaya orang Batak beroleh keselamatan. Semuanya itu dilakukan karena kita berharga di mata Tuhan. Dari kisah perjalanan pelayanan para misionar tersebut, yang menjadi pertanyaan bagi gereja HKBP masa kini adalah bagaimana gereja masa kini menghargai dan melanjutkan pelayanan para misionar?
Nas khotbah yang dikutip dari Kitab Keluaran 13: 11 – 16 mengatakan, apabila engkau telah dibawa Tuhan ke negeri orang Kanaan, seperti yang telah dijanjikanNya dengan sumpah kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dan negeri itu telah diberikannnya kepadamu, maka haruslah kau persembahkan bagi Tuhan segala yang lahir terdahulu dari kandungan; juga setap kali ada hewan yang kau punyai beranak pertama kali, anak jantan yang sulung adalah bagi Tuhan.
Tetapi setiap anak keledai yang lahir terdahulu kau tebuslah dengan seekor anak domba; atau jika engkau tidak menebusnya engkau harus mematahkan batang lehernya. Tetapi mengenai manusia, setiap anak sulung diantara anak anakmu lelaki haruslah engkau tebus.
Dan apabila anakmu bertanya kepadamu di kemudian hari: apakah artinya itu? Maka haruslah engkau berkata kepadanya: Dengan kekuatan tanganNya Tuhan telah membawa kita keluar dari Tanah Mesir, dari rumah perbudakan. Sebab ketika Firaun dengan tegar menolak untuk membiarkan kita pergi, maka Tuhan membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung manusia samapai anak sulung hewan. Itulah sebabnya maka aku biasa mempersembahkan kepada Tuhan segala binatang jantan yang lahir terdahulu dari kandungan, sedang semua anak sulung di antara anak anakku lelaki ku tebus.
Hal itu harus menjadi tanda pada tanganmu dan menjadi lambang di dahimu, sebab dengan kekuatan tanganNya Tuhan membawa kita keluar dari Mesir.
Sebelum menerangkan khotbah, Ephorus membacakan Tema Orientasi Program Pelayanan HKBP 2018, yaitu Sesungguhnya Aku akan Mendatangkan kepada Mereka Kesehatan dan Kesembuhan. Tema itu sekaligus juga menjadi tema perayaan yubileum ini dan didasarkan dalam Kitab Yeremia 33: 6. Ia menegaskan, sepanjang tahun 2018 firman Tuhan ini yang senantiasa berkumandang di tengah pelayanan HKBP.
Seperti biasa, Ephorus terlebih dahulu menyampaikan salam dari pelayan yang melayani di Kantor Pusat HKBP Pearaja, Tarutung, dan menyampaikan terima kasih atas partisipasi yang hadir dari distrik, ressort dan tamu undangan. Pada kesempatan tersebut, ia sangat mengapresiasi para Alumni RS HKBP Balige. Ephorus mengatakan para alumni adalah para srikandi dan menjadi duta pelayanan kesehatan yang diutus melayani kesehatan.
Dalam khotbahnya juga, Ephorus menyebutkan berbahaya apabila orang mengatakan HKBP gereja besar, tetapi besar hanya untuk dirinya sendiri. Ia menyebutkannya sampai dua kali. “Gereja yang benar adalah gereja yang bertindak, gereja yang melayani sesama, Church for other. Itu sebabnya Tuhan Yesus marah ketika Dia melihat Pohon Ara yang besar dan rimbun, dari jauh kelihatan pohon tersebut pasti berbuah banyak dan manis-manis. Mereka bergegas mendekati Pohon Ara yang besar dan rimbun tersebut, tetapi tidak berbuah,” tuturnya.
Tuhan Yesus sangat marah dan kecewa lalu memukul batang Pohon Ara tersebut sambil berkata, sampai di sini kau hidup, seketika itu juga pohon Ara yang besar itu mati. “Tuhan, asi roham, sotung songon i HKBP. Sotung adong sian hami holan sijalo pasupasu, alai, gabe habaoran ni pasupasu ma hami marsadasada, markeluarga, huria, ressort, distrik, hatopan, gabe sitindangi ma hami di goar ni Tuhanta Jesus Kristus. Amen,” kata Ephorus mengakhiri khotbahnya.
Ibadah perayaan ini dilayani oleh Kepala Departemen Koinonia Pdt Dr Martongo Sitinjak, Kepala Departemen Marturia Pdt Dr Anna Vera Pangaribuan sebagai liturgis dan Sekretaris Jenderal Pdt David Farel Sibuea MTh DMin sebagai pendoa syafaat yang dilandasi dengan.
Peringatan Jubileum 100 Tahun Rumah Sakit HKBP Balige adalah rangkaian kegiatan Orientasi Program Pelayanan HKBP Tahun 2018, “Kesehatan dan Kebersihan dalam Lingkungan Hidup.”
Diakones Lamria Simanjuntak SKep Ns Mkes (mantan Ketua Akper HKBP di Balige, dan pernah menjadi perawat di RS HKBP Balige) saat membacakan sejarah singkat rumah sakit, sesuai dengan yang telah diterangkan oleh Ephorus, kedatangan misionar juga melakukan penanggulangan wabah epidemi, yaitu penyakit disentri. Para pekabar Injil dari RMG itu bekerja sama dengan pemerintah mendirikan “Isolir Barake” yang menjadi cikal bakal berdirinya Rumah Sakit Umum HKBP Balige.
Ia juga menerangkan, pada Tanggal 1 Agustus 1918, pimpinan Misionar KH Weisenburch mendirikan rumah sakit dengan kapasitas 10 tempat tidur. Pada saat itu yang menjadi Ephorus adalah Dr IL Nommensen. Ia memberi filosofi dasar dari pelayanan kesehatan rumah sakit dari Lukas 9:2, “Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang.”
Pada masa kepemimpinan dr W Wagner, tahun 1928, rumah sakit berkembang dengan pesat dan menjadi rumah sakit zending terbesar kedua – setelah RS di Tarutung – dengan kapasitas 250 tempat tidur dan mendirikan rumah sakit pembantu dan 12 poliklinik yang tersebar di Tapanuli.
Adapun nama dokter dari Jerman yang pernah melayani di RS HKBP Balige, yaitu dr W Wagner, dr Julius, dr Werner Gross, dr Aalbers, dr Yohanes Winklerr, dr Loewnstein, zuster Ida Graeber, zuster Magdalena Albrech, dan pada tahun 1945 – 1955 Zending Barmen, Jerman, kembali mengirim tiga dokter yakni dr Otto Hueck, dr A Fritz dan dr C Sible.
Pada Tahun 1960 – 1970 Rumah Sakit Umum HKBP Balige yang dipimpin dr Otto Hueck mencapai prestasi gemilang dengan memeroleh penilaian sebagai rumah sakit swasta terbaik di Indonesia. Rumah Sakit Umum HKBP Balige dalam perjalanannya mengalami masa naik-turun sehingga sampai masa tiga tahun terakhir ini kembali berbenah dengan membangun ruang IGD, kamar mayat, renovasi ruang VIP, dan pengadaan alat instrumen kesehatan.
Saat ini RS HKBP Balige telah memiliki Unit Hemodialisa dengan lima unit mesin cuci darah yang beroperasi dengan baik.
Acara peniupan lilin dan kue ulang tahun dilakukan oleh pimpinan HKBP. Lagu Selamat Ulang Tahun pun dikumandangkan oleh seluruh undangan.
Laporan kegiatan yubileum ini disampaikan oleh Ketua Umum Panitia Pdt Donda Simanjuntak STh (Praeses HKBP Distrik XI Toba Hasundutan). Ia mengucapkan puji syukur kepada Tuhan atas penyertaanNya terhadap Rumah Sakit Umum HKBP Balige hingga saat ini genap berusia 100 Tahun.
Pdt Donda berterima kasih atas partisipasi dan dukungan kerja keras panitia hingga terselenggaranya kegiatan ini. Terlebih kepada Pemkab Tobasa. Juga khususnya kepada Bupati Darwin Siagian dan istri yang sungguh sungguh memberi perhatian.
Ibu praeses ini juga melaporkan kegiatan yang telah dilaksanakan sejak 30 Juli 2018 seperti seminar sehari dengan tema: Hidup Sehat yang Dimulai dari Diri Sendiri. Seminar ini disampaikan drg Tridarma Putra Simanjuntak Mg, dr Melinda Estarina Sitorus dan dr Markus Sibert dari Jerman dokter spesialis jantung yang diikuti Mahasiswi Akper HKBP Balige dan warga masyarakat. Ada juga kegiatan jalan santai, pemeriksaan kesehatan dan donor darah serta reuni alumni perawat.
Mengakhiri laporannya, Pdt Donda juga berterima kasih kepada para donatur, keluarga Siahaan dan keluarga Pardede yang telah memberikan tanah pertapahan untuk rumah sakit, Mitra Köln Süd dari Jerman dan tim sejarah yang menciptakan perawat-perawat luar biasa.
Tim sejarah yang dimaksud Pdt Donda, yaitu diakones yang pensiun dari RS HKBP Balige; Diakones Bonaria Hutabarat, Diakones Nuria Domdom Gultom, Diakones Dameria Samosir, Diakones Setiawan Hutahaean, Diakones Solide Siahaan, Diakones Lamria Simanjuntak. Mereka selain melayani di rumah sakit, juga mengajar di Akper HKBP Balige.
Bupati Tobasa Darwin Siagian dalam kata sambutannya mengatakan, Pemkab Tobasa sangat mendukung perkembangan pelayanan RS HKBP Balige. Berbagai upaya telah dilakukan pemkab antara lain dengan menugaskan dokter-dokter spesialis dari Rumah Sakit Umum Porsea supaya turut melayani di RS HKBP Balige. Bupati berharap ke depan RS HKBP Balige dapat menjadi rumah sakit rujukan di Tapanuli bahkan di Sumatra Utara. “Tidak ada lagi orang berobat ke Penang karena sudah ada Rumah Sakit HKBP Balige yang dapat memberikan kesembuhan,” kata Darwin Siagian.
Pdt Mangantar Tambunan (Praeses HKBP Distrik IV Toba) mewakili pelayan dalam kata sambutannnya menyoroti tentang hubungan pelayan dan anggota jemaat HKBP dengan Rumah Sakit Umum HKBP Balige. Ia mengharapkan apabila anggota jemaat dan pelayan yang membawa surat keterangan dari jemaat datang berobat ke RS HKBP Balige, supaya mendapatkan potongan harga seberapa pun itu. Artinya, supaya ada tandanya bahwa rumah sakit itu juga milik warga jemaat HKBP.
Kata arahan dan bimbingannya, Ephorus Pdt Dr Darwin Lumbantobing menyampaikan, ucapan terima kasih kepada panitia, pelayan yang bekerja di rumah sakit, tamu undangan yang hadir, terlebih kepada Pemkab Tobasa, Bupati Tobasa Darwin Siagian dan istri, Rektor UHN Medan Sabam Malau dan istri, alumni RS HKBP Balige, semua orang yang datang dan yang tidak datang yang mendoakan dan mendukung kegiatan yubileum tersebut.
Pada akhir acara, dimeriahkan dengan pengundian doorprize dengan hadiah utama dua buah televisi 50 inchi yang disumbangkan Bupati Tobasa dan BRI Cabang Balige. Ompung boru M Siahaan dan Yenni A Hutagaol (istri Sekjen) didaulat mencabut dan menyerahkan hadiah utama kepada undangan yang beruntung.
Penulis : Parulian Samosir
Foto: Esra Aruan