138 Tahun Tahbisan Pendeta Batak: Kembali ke Alkitab, Melatih Diri, Ketulusan Hati Melayani dan Kasih Persaudaraan
Perayaan 138 Tahun Tahbisan Pendeta Batak diselenggarakan dengan sederhana, namun sungguh berkesan dan bermakna. Kegiatan tersebut mengajak seluruh Pendeta, khususnya Pendeta HKBP mensyukuri, merenungkan, mereflesikan dan mengimplemintasikan tahbisan kependetaannya. Pendeta boleh menjadi teladan dan bekejasama dengan setiap pelayan tahbisan lainnya, seperti Guru Huria, Bibelvrow, Diakones, Sintua dan Evanggelis.
Kegiatan itu diselenggarakan di HKBP Tanjung Sari Medan, pada Rabu (19/7/2023) dihadiri oleh Ephorus Emeritus Pdt. Dr. J. R. Hutauruk, Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing, Persekutuan Pendeta Pensiun sekitaran Medan, Pendeta aktif dari berbagai Distrik, tokoh pemerhati dan jemaat HKBP.
Penyelenggaraannya diawali ibadah yang sangat menggugah umat yang hadir untuk setia dan bersukacita mensyukuri perbuatan Tuhan yang menjadikan suku Batak menjadi umat dan bangsaNya. Setelah beberapa lama dan melewati berbagai proses perjalanan penginjilan maka orang Batak menerima Injil dan kekristenan yang dimulai oleh Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar. Kedua orang ini dibaptis, 31 Maret 1861 di Sipirok. Usai itu, penginjilan semakin berkembang di Tanah Batak dan para misionaris segera mendidik orang Batak dalam pendidikan teologi, yang kelak dijadikan sebagai pendeta. Orang Batak pertama menerima tahbisan kependetaan yaitu Simon Siregar, Markus Siregar dan Petrus Nasution. Ketiga orang tersebut menerima tahbisan pendeta, pada tanggal 19 Juli 1885 di HKBP Pearaja-Tarutung.
Kepala Departemen Marturia, Pdt. Daniel Taruli Asi Harahap, M.Th dalam khotbahnya yang cukup bernas, menekankan dan mengajak agar semua melatih diri hidup dalam kesalehan (hadaulaton) dan kembali kepada Firman Tuhan. Pernyataan ini juga disampaikan oleh Pdt. Daniel dalam sambutannya yang menegaskan bahwa setiap pendeta harus kembali kepada doa dan Firman Tuhan. Pelayanan harus dilaksanakan dari ketulusan dan kebaikan hati. Diperbaiki khotbahnya. Menjaga kebersihan lingkungan gereja dan sekitarnya. Tetap hidup dalam kasih persaudaraan.
Demikian Ketua Rapat Pendeta, Pdt. Maulinus Siregar, M.Th menyampaikan semua pendeta HKBP meningkatkan pelayanannya yang dilaksanakan dengan kerendahan dan ketulusan hati.
Sentralisasi keuangan yang telah lama dirindukan oleh warga HKBP dan cukup matang dipikirkan pelaksanaannya. Setiap warga HKBP harus mendukung dan mensukseskannya. Tujuh bulan Sentralisasi Keuangan telah berjalan baik, jangan ada seorang pun pendeta HKBP yang berbicara negatif di belakang untuk merusak program yang berjalan dengan baik. Pdt. Maulinus menyebutnya, "program Sentralisasi Keuangan dipersiapkan dengan karpet merah". Artinya pelaksanaan Sentralisasi Keuangan benar-benar dipergumulkan dan dipersiapkan dalam kesungguhan hati dan iman. Pdt. Maulinus juga mengajak semua pendeta HKBP tidak yang bersikap arogan dan berpikir negatifisme. Tapi semua pendeta HKBP membangun sikap dialogis, inklusif, saling membangun, mampu bekejasama dan tetap mengutamakan kasih persaudaraan.
Dalam penyelenggaraan Perayaan 138 Tahun Tahbisan Pendeta Batak turut hadir keturunan pendeta Batak pertama dan pendeta dari gereja GKPA. (B.TIK)