Press Release Prof. Binsar Jonathan Pakpahan
Gelar profesor merupakan jenjang jabatan tertinggi dalam dunia akademik. Mencapai gelar tersebut tentu tidak mudah terlebih di usia muda. Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph.D. membuktikan mencapai gelar guru besar di usia relatif muda tidaklah mustahil, yakni di usia 42 tahun dan 10 bulan. Untuk bidang ilmu lain, mungkin ada yang lebih muda, namun di bidang teologi, seseorang juga harus melewati pendidikan kependetaan dari gerejanya masing-masing sebelum menjadi dosen. Prof. Pakpahan tidak hanya menjadi yang termuda dalam sejarah Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Jakarta (STFT Jakarta) tetapi juga dalam sejarah dunia teologi di Indonesia
STFT Jakarta sepanjang perjalanannya senantiasa melahirkan teolog-teolog terbaik yang berkontribusi bagi dunia teologi. STFT Jakarta merupakan sekolah tinggi teologi ekumenis tertua di Indonesia dan didukung oleh gereja-gereja di Indonesia melalui Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Tradisi pembelajaran yang kuat, spiritualitas yang transformatif, dan komunitas yang kreatif menjadi karakter dari STFT Jakarta untuk terus berdiri di barisan depan pendidikan teologi di Indonesia. Pdt. Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph,D. akan menyampaikan orasi ilmiah pengukuhannya pada Rabu, 27 September 2023, bertempat di Aula STFT Jakarta. Acara pengukuhan Guru Besar akan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube STFT Jakarta, dengan link sebagai berikut: https://youtube.com/live/rbR2h8q0T5s?feature=share. Tema dari orasi yang akan disampaikan dalam pengukuhan beliau adalah “Berteologi Dari Hati: Cara Teologi Menyikapi Perkembangan Artificial Intelligence.”
Dalam orasinya, Prof. Pakpahan membahas perkembangan Artificial Intelligence yang sebenarnya sudah lama digunakan dalam kebutuhan sehari-hari seperti Google Maps, musik, film, dengan mengandalkan algoritma. Sebagai mesin logis, perbedaan utama AI dan manusia adalah lompatan pemikiran yang dimiliki manusia dengan hati yang mengalami perjumpaan dengan kasih Yang Mahakuasa. Dengan hati, seseorang bisa memilih untuk mengampuni, memiliki harapan, dan mencintai, ketiganya secara rasio jadi tidak logis, namun hati membuat orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan memilih jalan yang menjadikan dunia lebih baik lagi.
Terdapat dua kesimpulan, pertama AI tidak bisa mengganti manusia karena manusia memiliki kebebasan untuk memilih apa yang tidak ditetapkan penciptanya. Seperti dalam bidang ilmu lain yang memerlukan refleksi, AI hanya bisa menjelaskan teologi dari set data yang diberikan kepadanya, tidak bisa melakukan lompatan rasio dalam teologi. Kedua, tanpa regulasi yang baik, AI digunakan oleh korporasi yang memiliki kemampuan dan motivasi ekonomi, sehingga algoritma keuntungan menjadi utama. Pada akhirnya, AI mampu menimbulkan bias, kesenjangan, dan diskriminasi. Di poin kedua ini Prof. Pakpahan menekankan pentingnya akademisi dan institusi religi untuk menyuarakan penjagaan moral, dan tidak menyerahkannya kepada algoritma AI.
Pdt. Prof. Binsar Jonathan Pakpahan, Ph.D. lahir di Medan, 12 Oktober 1980. Beliau adalah putra dari pasangan alm. Prof. Dr. Muchtar Pakpahan, S.H., M.A. dan Rosintan Marpaung, S.Si. Ayahnya adalah seorang pejuang buruh Indonesia sejak masa Orde Baru. Prof. Pakpahan menikah dengan Dorta N. O. Pardede, S.IP., M.A. dan dikaruniai dua orang anak laki-laki bernama Reinhold Fransiscus Pakpahan dan Friedrich Immanuel Naburju Pakpahan. Dia sangat dekat dengan keluarga dan pendukung kesetaraan peran perempuan dan laki-laki yang diterapkannya dalam keluarga. Beliau adalah seorang pendeta (sejak 2008) asal Sinode Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang diutus sebagai dosen tetap di STFT Jakarta sejak tahun 2012.
Di STFT Jakarta, Prof. Pakpahan mengampu bidang studi Teologi Publik, Filsafat, dan Etika. Saat ini, beliau mengabdi sebagai Wakil Ketua IV Bidang Relasi Publik STFT Jakarta. Prof. Pakpahan meraih gelar Sarjana Sains Teologi dari STFT Jakarta pada tahun 2003. Kemudian, ia melanjutkan studi magister-nya di Vrije Universiteit Amsterdam dan meraih gelar Master of Arts dalam bidang Teologi pada tahun 2005. Gelar doktoral-nya juga didapatkan dari Vrije Universiteit Amsterdam pada tahun 2011.
Saat ini, Prof. Pakpahan juga mengabdi sebagai Ketua Komite Gereja dan Masyarakat HKBP (2020-2024), Ketua Komisi Teologi PGI (2019-2024), Sekretaris Implementing Unit Ditjen Bimas Kristen (sejak 2022), Anggota Tim Penyetaraan Ijazah Luar Negeri Ditjen Bimas Kristen, Anggota Penasihat Forum Guru Pendidikan Agama Kristen (2021-sekarang), Anggota badan pendiri KSPPM (sejak 2023), anggota Tim Editor Jurnal Pelayanan Kaum Muda STT Amanat Agung (sejak 2022), Anggota Dewan Kehormatan Daerah DKI Jakarta Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) (2022- 2025), dan Ketua Tim Seleksi Calon Pemohon Beasiswa HKBP kepada LPDP (sejak 2023).
Tidak hanya aktif di Indonesia, Ia juga berkontribusi dalam kancah internasional dengan menjabat sebagai Sekretaris di United Evangelical Mission Jakarta Regional Communication Forum; Associate Researcher, Institut fur okumenische Theologie - Westfalische Wilhelms-Universitat Munster (WWU); Anggota di European Academy of Religion; Anggota LWF Theological Education and Formation Steering Committee; Anggota Board of Trustees Association for Theological Education in South East Asia; dan International Advisory Board PThU Research Group, dan anggota Research Group Religion and Trauma di Fakultas Teologi dan Agama Vrije Universiteit Amsterdam.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 44684/M/07/2023 tentang kenaikan jabatan akademik dosen, menetapkan Binsar Jonathan Pakpahan, S.Si (Teol)., M.A., Ph.D. menjadi Profesor dalam bidang ilmu Filsafat dan Etika dengan angka kredit sebesar 865,50. Penetapan ini terhitung mulai tanggal 1 Juni 2023. Dengan ketetapan ini, secara resmi beliau menjadi Guru Besar Teologi termuda di Indonesia. Pencapaian sebagai Guru Besar menambah rentetan prestasi beliau yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai ketua terpilih STFT Jakarta dan akan dilantik pada hari Sabtu, 30 September 2023.
Unduh disini