Pdt Martongo Sitinjak Pimpin Ibadah Penguburan Korban Tenggelamnya Kapal KM Sinar Bangun
Tujuh Belas Warga Jemaat HKBP Turut Tenggelam bersama dengan Kapal
[caption id="attachment_8019" align="alignnone" width="640"] Kadep Koinonia Pdt Martongo Sitinjak bersama Kepala Biro Pembinaan Pdt Darwin Sihombing menjatuhkan tanah ke danau sebagai salah satu bagian liturgi ibadah penguburan dengan disaksikan oleh warga jemaat yang turut di dalam kapal[/caption]
Pimpinan HKBP Pdt Dr Martongo Sitinjak (Kepala Departemen Koinonia) memimpin ibadah penguburan warga jemaat HKBP yang menjadi korban tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun dua minggu yang lalu. Turut juga melayani ibadah penguburan, yaitu Kepala Departemen Marturia Pdt Dr Anna Vera Pangaribuan, Praeses Distrik Sumatera Timur Pdt Same Siahaan STh, Praeses Distrik Dairi Pdt Winner Sitorus STh MM, Praeses Distrik Tanah Alas Pdt Renova Sitorus STh, Pendeta HKBP Duren Sawit-Jakarta Pdt Eldarton Simbolon DMin, dan pelayan lainnya yang melayani di Distrik Samosir dan Sumatera Timur.
Keadaan duka yang terjadi di Danau Toba juga ikut dirasakan oleh HKBP. Senin (18/6) yang lalu bencana alam menimpa Kapal Motor Sinar Bangun di Danau Toba ketika mau menyeberangi danau dari Pelabuhan Simanindo, Samosir, menuju Pelabuhan Tigaras, Simalungun. Menurut informasi terakhir yang disampaikan oleh Wakil Bupati Ir Juang Sinaga, ketika memberikan kata sambutan di penahbisan pelayan di HKBP Sabungan (gereja induk) Siborongborong Minggu (1/7) kemarin, dinyatakan 21 korban selamat, 3 orang ditemukan dalam keadaan meninggal dan 160an orang masih dalam pencarian. Belum ada data pasti berapa orang yang menumpang di KM Sinar Bangun karena tidak ada data manifes penumpang yang dimiliki kapal tersebut.
Segala upaya telah di upayakan oleh keluarga korban. Dinas perhubungan bahkan tim Basarnas, upaya itu membuat keluarga korban mampu memahami dan mengetahui apa yang terjadi. Selama 15 hari pencarian terus dilakukan. Menurut informasi dari Basarnas, penyelam hanya mampu menembus kedalaman 10 – 15 meter. Keadaan danau sangat berbeda dengan laut lepas, cahaya hanya mampu menembus radius 15 meter saja sehingga suhu air di dalam danau sangatlah dingin. Ketahanan tubuh seseorang untuk menyelam hanyalah 1 kali dalam 2 hari jika mengharapkan kondisi yang fit untuk menyelam.
Wakil Bupati Samosir menambahkan, segala upaya sudah dilakukan dan dikoordinir. Bahkan, sampai kepada pemerintahan pusat. Namun, berdasarkan data yang telah diperoleh, sangat tidak memungkinkan untuk mengevakuasi kapal dan korban untuk diangkat dari kedalaman sejauh itu.
Karena keterbatasan yang di miliki oleh tim penyelamatan korban oleh Basarnas, pada Minggu (1/7) pemerintah menginformasikan kepada keluarga korban untuk menerima keadaan dan mengikhlaskan keadaan yang terjadi. Pencarian terhadap kapal dan korban yang tenggelam tidak dapat melanjutkan pengevakuasian korban karena keadaan dan keterbatasan. Dengan hal itu, pada Senin (2/7) Pemerintahan Kabupaten Samosir menyediakan dua kapal ferry untuk keluarga korban melakukan tabur bunga di areal tenggelamnya kapal itu.
Berkat kerja sama yang baik dengan pemkab, HKBP melaksanakan acara penguburan korban tenggelamnya KM Sinar Bangun bagi warga jemaat HKBP dan penghiburan bagi keluarga korban yang beragama Kristen.
Berdasarkan data, sebanyak 5 orang dari korban bencana itu adalah warga jemaat HKBP yang berasal dari HKBP Distrik Samosir, Distrik Sumatera Timur ada 6 orang, 1 orang dari Distrik Riau dan 5 orang warga jemaat HKBP Duren Sawit Jakarta. Ada 17 warga jemaat HKBP yang turut menjadi korban tenggelamnya kapal itu.
Acara di awali ibadah penghiburan dan pemberian Si Pir no Tondi dari HKBP kepada keluarga korban. Acara dilayani oleh Pdt Martongo Sitinjak sebagai pengkhotbah dan Praeses Distrik Samosir Pdt Mangido Tua Pandiangan sebagai liturgis.
Pdt Martongo mendasarkan khotbahnya dari Roma 8: 38 – 39, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Kasih Kristus tidak mampu memisahkan kita dengan para korban. Mereka tidaklah mati, melainkan maradian, terang Pengkhotbah. Kita memahami, bahwasanya Allah memiliki rencana yang berbeda dengan kehendak kita. Jika pikiran kita mengatakan pasti tidak akan mungkin bertemu lagi dengan keluarga yang tenggelam di Danau Toba ini, tapi kasih Kiristus akan mempersatukan kita di tingkina (waktunya), tambahnya.
Acara dilanjutkan dengan penguburan (mandabu tano) kepada korban dengan menjatuhkan tanah ke di areal tenggelamnya kapal itu di tengah Danau Toba. Acara ini juga dilayani oleh para pendeta. Dengan bantuan kapal Ferry dan pemerintah Samosir acara penguburan dilaksanakan sesuai dengan liturgi penguburan di Agenda HKBP dan Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon (RPP) HKBP tentang mengubur warga jemaat yang meninggal karena kecelakaan.
Dalam acara ini Pdt Dr. Martongo Sitinjak menyampaikan turut berduka dan salam dari Ephorus dan para Pimpinan HKBP serta seluruh pelayan HKBP kepada para korban. Pdt Reonald Hutabarat
Editor: Daniel Manalu